Jakarta, News Satu, Jumat 11 Juli 2025- Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI, MH Said Abdullah, menyampaikan kritik keras terhadap kebijakan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang mengenakan tarif 32 persen terhadap produk ekspor Indonesia. Ia menilai kebijakan tersebut tidak mencerminkan asas timbal balik (resiprokal), tetapi justru merupakan bentuk dominasi sepihak yang merugikan lebih dari 100 negara.
“Apa yang disebut Trump sebagai tarif resiprokal sejatinya hanyalah topeng. Seluruh negara, termasuk Indonesia, justru dijadikan tumbal kepentingan sepihak Amerika,” ujar Said kepada wartawan di Kompleks Parlemen, Jumat (11/7/2025).
Said Abdullah yang juga Ketua DPP PDI Perjuangan, menyebut tindakan Trump sebagai langkah disengaja untuk melemahkan tatanan global yang selama ini dijaga oleh institusi-institusi internasional seperti PBB, World Bank, dan IMF.
“PBB tidak dianggap, World Bank dilemahkan, IMF sama saja. Amerika Serikat hari ini sedang membangun hegemoninya sendiri, bukan kerja sama global,” ucapnya.
Menanggapi situasi tersebut, Politisi Senior PDI Perjuangan asal Madura ini, menekankan bahwa Indonesia harus segera memperkuat ketahanan ekonomi nasional dan tidak bergantung pada narasi dagang negara besar. Ia mendorong pemerintah untuk memperkuat fiskal dan membuka lebih banyak ruang bagi investasi melalui deregulasi yang tepat sasaran.
“Kita harus punya strategi sendiri. Pondasi ekonomi Indonesia harus makin kuat, fiskal dikelola dengan hati-hati, dan deregulasi dipercepat agar investor tertarik, tanpa ketergantungan pada Amerika,” tegasnya.
Bang Said sapaan akrab dari Said Abdullah juga menekankan pentingnya tetap membuka jalur negosiasi perdagangan bilateral, namun dengan garis tegas: Indonesia tidak boleh tunduk pada tekanan sepihak.
“Negosiasi perlu, tapi kerangka dasarnya harus jelas: keadilan tarif dan perdagangan yang setara. Kita bangsa merdeka, bukan mitra yang bisa dipaksa tunduk,” tandasnya.
Kebijakan proteksionis Trump, termasuk tarif tinggi terhadap ekspor dari lebih 100 negara, disebut sebagai bentuk “America First” yang melemahkan stabilitas sistem perdagangan global. Di tengah ketidakpastian ini, Said menyerukan agar Indonesia berdiri tegak menjaga kedaulatannya, bukan sekadar bereaksi, tetapi memiliki arah ekonomi nasional yang mandiri dan adaptif. (Den)
Comment