Bojonegoro, Sabtu 9 Agustus 2025 | News Satu- Dalam agenda resesnya di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, Senator DPD RI, Dr. Lia Istifhama, menaruh perhatian khusus pada gerakan lingkungan berbasis masyarakat yang dijalankan oleh Burhan, seorang pendamping Program Keluarga Harapan (PKH).
Burhan secara mandiri mengelola sampah plastik menjadi komoditas bernilai ekonomi sekaligus memberi manfaat besar bagi kelestarian lingkungan. Bagi Ning Lia sapaan akrabnya, langkah Burhan bukan sekadar bisnis, melainkan “ladang pahala” yang berdampak luas.
“Apresiasi pada usaha berbasis penyelamatan lingkungan itu memiliki istilahnya usaha plus ladang pahala, salah satunya ini dari Mas Burhan,” ungkapnya saat meninjau langsung lokasi pengelolaan limbah plastik, Sabtu (9/8/2025).
Kerja Sunyi di Balik Tumpukan Plastik
Proses kerja Burhan dimulai dari pengumpulan sampah plastik, penyortiran, hingga pendistribusian ke pabrik yang memiliki sistem pengolahan ramah lingkungan. Aktivitas ini memerlukan tenaga, ketekunan, dan keberanian, karena harus berhadapan langsung dengan limbah yang sering dihindari masyarakat.
“Kenapa saya apresiasi? Karena saya yakin tidak banyak warga yang mau bekerja atau memiliki usaha yang, maaf, berkotor-kotor seperti ini. Tapi kalau bicara tentang keberlangsungan Indonesia yang bersih dan sehat, usaha seperti ini harus ditiru,” tegas Lia.
Lingkungan Bersih, Wisata Global
Menurut Lia, kebersihan lingkungan menjadi indikator penting bagi keberhasilan sebuah negara dalam menarik minat wisatawan global. Ia menilai bahwa gerakan kecil seperti yang dilakukan Burhan dapat menjadi inspirasi dan direplikasi di berbagai daerah di Indonesia.
“Ke depan, salah satu alasan destinasi wisata global adalah kebersihan sebuah negara. Usaha seperti ini harus diadopsi di banyak wilayah,” tandasnya.
Dukungan Pemerintah dan Replikasi
Pengelolaan sampah berbasis komunitas sering terkendala minimnya dukungan dana, pelatihan, dan akses pasar. Lia menilai pemerintah daerah dan pusat harus memberi perhatian lebih pada pegiat lingkungan akar rumput.
“Kalau ada intervensi kebijakan, pendampingan teknologi, dan insentif, usaha seperti ini bisa berkembang lebih cepat,” pungkasnya.
Harapan dari Bojonegoro
Kasus Burhan menjadi bukti bahwa perubahan besar bisa dimulai dari langkah kecil. Di tengah ancaman krisis lingkungan, gerakan akar rumput yang konsisten dapat menjadi solusi nyata, bukan hanya wacana. (Kiki)
Comment