Surabaya, Rabu 31 Desember 2025 | News Satu- Momentum pergantian tahun dimanfaatkan Anggota DPD RI asal Jawa Timur, Lia Istifhama, untuk menyampaikan pesan moral yang kuat kepada publik. Di tengah euforia Tahun Baru 2026, senator yang akrab disapa Ning Lia itu mengingatkan pentingnya peran setiap individu dalam kehidupan sosial.
“Jangan jadi benalu jika tidak mau hidup terasa ngilu,” tegas Ning Lia Istifhama dalam pesannya menyambut tahun baru, Rabu (31/12/2025).
Pernyataan tersebut menegaskan bahwa kehidupan bermasyarakat menuntut kontribusi nyata, bukan sekadar menjadi penonton apalagi beban sosial. Menurut Ning Lia, nilai kebermanfaatan harus menjadi orientasi hidup, baik dalam lingkup keluarga, lingkungan, maupun bangsa.
Tahun 2025 telah berlalu, namun Lia Istifhama menilai semangat pengabdian dan optimisme tidak boleh ikut pudar. Senator muda yang dikenal dekat dengan masyarakat akar rumput ini menegaskan bahwa pelayanan publik harus dijalani secara konsisten, melampaui sekadar momentum politik.
Dengan gaya komunikasi khas yang membumi, Ning Lia menyampaikan pesan reflektif melalui pantun:
Buah delima dipotong telu
Buah pepaya dipotong wolu
Meski 2025 berlalu
Tapi senyum Ning Lia takkan berlalu
Pantun tersebut menjadi simbol komitmen untuk tetap hadir, tersenyum, dan melayani masyarakat dalam berbagai situasi.
Selain refleksi, Ning Lia juga mengajak masyarakat untuk kembali menjaga etos kerja pasca libur Natal dan Tahun Baru (Nataru). Menurutnya, semangat bekerja adalah bagian penting dari kontribusi nyata bagi pembangunan sosial dan ekonomi.
Ikan kerapu berenang di Selat Bali
Selesai libur Nataru ayo semangat kerja kembali
Pesan tersebut menjadi ajakan agar masyarakat tidak larut dalam euforia liburan, melainkan segera bangkit dan produktif.
Menutup pesannya, Ning Lia menyampaikan harapan agar Tahun 2026 menjadi momentum perubahan ke arah yang lebih baik. Ia mengajak publik meninggalkan beban masa lalu dan menatap masa depan dengan optimisme serta kebersamaan.
“Lupakan masa lalu, tatap masa depan,” pungkasnya.
Menurut Ning Lia, bangsa yang kuat lahir dari individu-individu yang mau memberi manfaat, saling menguatkan, dan menjaga nilai kemanusiaan dalam kehidupan sehari-hari. (Kiki)
