HEADLINEJAKARTAJATIMNASIONALNEWSNEWS SATUPEMERINTAHAN

Senator Cantik Lia Istifhama Dukung Two-State Solution, Palestina Harus Diakui Sebagai Negara Merdeka

×

Senator Cantik Lia Istifhama Dukung Two-State Solution, Palestina Harus Diakui Sebagai Negara Merdeka

Sebarkan artikel ini
Senator Cantik Lia Istifhama Dukung Two-State Solution, Palestina Harus Diakui Sebagai Negara Merdeka
Senator Cantik Lia Istifhama Dukung Two-State Solution, Palestina Harus Diakui Sebagai Negara Merdeka

Jakarta, News Satu, Sabtu 28 Juni 2025- Senator Cantik Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI asal Jawa Timur, Dr. Lia Istifhama, menyatakan dukungan penuh terhadap kebijakan Presiden Prabowo Subianto dan Pemerintah Malaysia dalam mendorong penyelesaian konflik Israel–Palestina melalui Two-State Solution (solusi dua negara).

Menurut Ning Lia sapaan akrabnya, sikap tegas Indonesia dan Malaysia tidak hanya mencerminkan diplomasi internasional, tetapi juga merupakan bentuk nyata pembelaan terhadap hak asasi manusia (HAM) rakyat Palestina yang telah lama hidup di bawah penjajahan.

“Peningkatan status Palestina sebagai anggota penuh PBB adalah simbol kemerdekaan jilid dua. Ini tentang pengakuan dunia atas kedaulatan mereka,” tegas Ning Lia saat diwawancarai, Sabtu (28/6/2025).

Keponakan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa ini, menyatakan bahwa solusi dua negara—yang mengakui berdirinya dua negara merdeka, Israel dan Palestina—selaras dengan amanat Pembukaan UUD 1945 yang menolak segala bentuk penjajahan.

“Ini bukan sekadar solusi politik. Ini misi konstitusional. Kita punya tanggung jawab moral untuk menegakkan keadilan dan HAM,” ujarnya.

Prinsip Two-State Solution pertama kali dirumuskan dalam Kesepakatan Oslo 1993, namun hingga kini implementasinya terhambat oleh ekspansi permukiman Israel dan kekerasan yang terus menelan korban sipil, termasuk anak-anak dan perempuan.

Lia memuji kolaborasi Indonesia dan Malaysia dalam memperjuangkan kemerdekaan Palestina di forum internasional. Menurut Srikandi NU Jatim ini, peran aktif negara-negara ASEAN dan dunia Islam dapat memperkuat tekanan diplomatik terhadap Israel agar menghentikan pelanggaran HAM dan kembali ke jalur perundingan damai.

“Koalisi diplomasi ini penting. Kita dorong Israel untuk tunduk pada hukum internasional, dan hentikan pembangunan permukiman ilegal,” tandasnya.

Sebagai senator yang vokal menyuarakan keadilan dan HAM, Lia mengingatkan bahwa dukungan Indonesia terhadap Palestina bukan hal baru. Selama ini Indonesia hadir melalui jalur diplomasi, bantuan kemanusiaan, pendidikan, hingga pembangunan.

“Kita tidak hanya bersuara. Kita hadir nyata dengan aksi kemanusiaan. Ini bentuk solidaritas sejati Indonesia,” tukasnya.

Menurut Lia, konflik Israel–Palestina adalah contoh nyata dari ketidakadilan global. Jika dunia bisa menyelesaikannya dengan adil, hal itu akan menjadi preseden kuat untuk mengakhiri bentuk penjajahan lain di berbagai belahan dunia.

“Two-State Solution adalah pintu menuju perdamaian dunia yang berkeadilan. Ini misi kemanusiaan global,” ucapnya.

Lia juga menekankan pentingnya memahami akar sejarah Palestina, termasuk posisi Baitul Maqdis (Yerusalem) sebagai kiblat pertama umat Islam. Lia mencontohkan sikap toleransi Khalifah Umar bin Khattab dan Sultan Salahuddin Al Ayyubi, yang tetap menghormati keberagaman dan kebebasan beragama, bahkan dalam situasi peperangan.

“Yerusalem bukan hanya tempat suci, tapi simbol persatuan dan toleransi. Sejarah mengajarkan kita tentang keadilan,” pungkasnya. (Kiki)

Comment