News Satu, Malang, Minggu 30 April 2017- Bahasa merupakan suatu sistem tanda atau simbol yang digunakan masyarakat atau suatu kelompok tertentu untuk berkomonikasi. Dalam ilmu linguistik sendiri mengatakan bahwa bahasa tersebut bersifat arbitrer yang berarti antara tanda dan yang ditandai tidak ada hubungan secara kausalitasnya. Kali ini, tim redaksi newssatu.com mendapatkan kiriman sebuah artikel dari Imam Suyuti yang saat ini menetap di Malang, Jawa Timur (Jatim).
Di indonesia sendiri terdiri dari berbagai ragam bahasa daerah dan disatukan oleh bahasa indonesia. Hal ini berawal dari peristiwa bersejarah sumpah pemuda pada tahun 1928 yang mengakui bahasa indonesia merupakan bahasa resmi indonesia.
Bahasa indonesia itu sendiri berakar dari bahasa melayu dan kemudian dikembangkan menjadi bahasa indonesia seperti sekarang ini. Selain hal tersebut, bahasa indonesia juga diadopsi dari berbagai bahasa daerah maupun asing sehingga hal ini akan menambah kosa kata baru dengan catatan itu bersifat positif.
“Dewasa ini tanpa kita pungkiri masuknya budaya barat secara terus menerus berdampak pada kehidupan bangsa, moralitas, ekonomi, religiusitas dan tidak lepas bahasa indonesia juga mengalami dampak tersebut,” ,” kata Imam Suyuti, Mahasiswa di salah satu perguruan tinggai di Malang, Minggu (30/4/2017).
Lanjut Imam, Sebagai generasi mudah sudah menjadi keharusan untuk menjaga dan melestarikan bahasa yang juga merupakan bagian dari budaya bangsa dari pengaruh bahasa asing maupun bahasa gaul yang nantinya akan merusak kontruksi bahasa indonesia itu sendiri dan tidak sesuai dengan Ejaan yang disempurnakan (EYD).
“Saya berharap sebagai generasi yang hidup pada era globalisasi seperti sekarang ini, pasti tidak asing dengan bahasa short message sending (SMS) yang cenderung menyingkat – nyingkat dengan menggunakan bahasa gaul,” ujarnya.
Meskipun hal ini terlihat remeh tetapi sejatinya akan berdampak luar biasa terhadap perkembangan bahasa baik lisan maupun tulisan dikelak kemudian hari. Perlu kita ketahui bersama bahwa bahasa itu sendiri bersifat dinamis yang selalu membuka ruang untuk berkembang.
“Tetapi dalam hal ini bukan sebuah perkembangan yang kita jumpai melainkan sebuah kemunduran berbahasa,” tandasnya.
Dikatakan sebuah kemunduran berbahasa karena bahasa – bahasa gaul yang sering digunakan oleh kawula muda lebih bersifat negatif dan tidak memiliki nilai estetika. Oleh karena itu, marilah menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
“Saya sangat miris sekali dengan para kawula muda pada saat ini, bahasa atau komunikasinya terkadang tidak memiliki estetika,” imbuhnya. (N28)
Comment