Sedang kelurahan Curahgrinting, Kecamatan Kanigaran, memakai anggaran kelurahan sebesar Rp 1 miliar. Padahal di kelurahan lain ada yang menggunakan anggaran kelurahan untuk penanganan virus corona, tidak sampai Rp 500 juta.
“Loh kok terjadi perbedaan yang cukup besar. Kenapa tidak disamakan saja. Parameter yang dipakai apa saja sehingga terjadi demikian,” tandasnya.
Kalau yang menjadi parameter luasan wilayah kelurahan dan jumlah penduduk, Justru menurut Sibro, Kelurahan Kanigaran dan Mangunharjo, yang lebih besar anggaran Covid-nya. Karena dua kelurahan tersebut luas dan jumlah penduduknya paling besar dibanding kelurahan lainnya. Selain itu, tambahnya Sibro mempertanyakan harga masker yang di antara kelurahan tidak sama alias berbeda.
Dikatakan, ada kelurahan yang membeli masker Rp 6 ribu per pieces, sementara di kelurahan lain belinya Rp 10.500. Padahal, bahan bakunya sama yakni, kain jenis kaos. Perbedaan harga yang mencolok itu menjadi pertanyaan bagi Sibro.
“Kok ada masker kaos harganya Rp 10.500. Padahal di pasaran, masker berbahan baku seperti itu, dijual Rp 5 ribu, Itupun tidak laku,” pungkasnya.









Komentar