AGROBISNISEKONOMIHEADLINENEWSPAMEKASANREGIONAL

Gagal Jadi PMI Karena Pandemi, Fathan Bertani Jamer Beromset Jutaan Rupiah

×

Gagal Jadi PMI Karena Pandemi, Fathan Bertani Jamer Beromset Jutaan Rupiah

Sebarkan artikel ini
Gagal Jadi PMI Karena Pandemi, Fathan Bertani Jamer Beromset Jutaan Rupiah
Gagal Jadi PMI Karena Pandemi, Fathan Bertani Jamer Beromset Jutaan Rupiah

News Satu, Pamekasan, Sabtu 4 September 2021- Merintis sebuah usaha setelah kegagalan bukanlah perkara yang mudah dan cepat. Namun, dibutuhkan keuletan dalam tekad yang kuat, serta upaya ekstra dalam usaha, dibalik kemauan untuk terus belajar.

Seperti yang dilakukan seorang Fathan (45), warga Dusun Salatreh, Desa Plakpak, Kecamatan Pegantenan, Pamekasan Madura, Jawa Timur. Setelah gagal mengadu nasib di Negeri Brunei Darussalam sebagai Pekerja Migran Indonesia atau PMI karena Pandemi di awal 2020 lalu.

Awalnya Fathan, di 2020 lalu sempat menjadi Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Brunei Darussalam meski sebelumnya pernah bertani. Itu dengan tujuan untuk meningkatkan taraf ekonominya yang memang belum sepenuhnya tercukupi.

Namun, harapannya itu kandas dan hanya bisa bertahan setidaknya setengah tahun, lantaran adanya pandemi Covid-19 yang juga melanda Negara Brunei Darussalam kala itu. Dengan ketekatan dirinya yang sebelumnya bermimpi untuk berkerja di perkebunan negara tetangga itu, akhirnya harus pulang kampung dengan tangan hampa.

“Awal mulanya saya merantau, jadi Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Brunei Darussalam, yaitu sekitar bulan Januari 2020. Itu ada covid-19 kan, makanya balik ke kampung,” ujarnya, Sabtu (4/9/2021).

Namun, sesampainya di Bumi Gerbang Salam, Fathan masih optimis dengan obsesinya berkebun Jahe Merah (Jamer) dengan konsep modern. Lantas terus mencoba mencari peluang bisnis dibalik dunia perkebunan yang selama ini diimpikannya.

Sehingga akhirnya, dia berinisiatif untuk melakukan budidaya jahe merah itu, meski hanya di tanah petak dekat rumahnya. Saat itu, modal awal yang dikeluarkannya hanya sebesar Rp. 16 juta. Itu pun hasil dari pinjaman para kolega yang juga percaya terhadap ketekunannya dalam mewujudkan cita-citanya.

Walaupun di awal-awal merintis Fathan belum merasakan omzet yang besar dari penjualannya, namun ia tetap konsisten dengan usahanya. Bahkan, setelah berjalan dengan pesat kemudian mulai berinovasi dengan membuat jamu tradisional dari jahe merah itu sendiri.

Tak ayal, di masa pandemi Covid-19 ini ternyata olahan serbuk jahe merahnya pun laku keras. Pasalnya, sebagaimana diketahui kandungan vitamin yang ada dalam jahe jumbo itu bisa berguna untuk imunitas tubuh.

Fathan pun, tidak menyangka, produk jahe merahnya ternyata semakin diminati masyarakat luas, bukan hanya di Pamekasan saja. Dari yang semula beromset belasan juta perbulannya. Kini penjualannya di masa pandemi Covid-19 terus mengalami peningkatan, yakni, mencapai Rp.10 juta perhari dengan pangsa pasar hingga negara tetangga.

“Pembelinya banyak yang di luar kota, kemarin saya kirim ke Sleman, ada juga yang ke luar negeri. Kalau daerah yang ada di Indonesia ini sudah banyak, apalagi daerah lokal sini, sudah banyak pembeli,” paparnya.

Tak hanya itu, dengan ketekunan dalam membudidaya dan mengolah jahe merah, di tahun 2020-2021, lahan pertaniannya juga tidak hanya Pamekasan. Melainkan juga terdapat di seluruh wilayah Madura, seperti Sumenep, Sampang, dan Bangkalan.

“Total bibit yang ditanamnya mencapai 148 ribu. Sedangkan, para pekerja lahan, berjumlah 40 orang lebih,” tukasnya.(Yudi)

Comment