HEADLINEJATIMKESEHATANLIFE STYLEMADURANEWSNEWS SATUPEMERINTAHANREGIONALSUMENEP

Ancaman KLB Campak, Lima Kecamatan Di Sumenep Jadi Zona Merah

×

Ancaman KLB Campak, Lima Kecamatan Di Sumenep Jadi Zona Merah

Sebarkan artikel ini
Ancaman KLB Campak, Lima Kecamatan Di Sumenep Jadi Zona Merah
Ancaman KLB Campak, Lima Kecamatan Di Sumenep Jadi Zona Merah

Sumenep, Jumat 22 Agustus 2025 | News Satu- Kasus campak di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, kian mengkhawatirkan. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinkes P2PKB) Kabupaten Sumenep, tercatat 1.944 balita terserang campak sejak Januari hingga Agustus 2025, dengan 12 balita meninggal dunia.

Data tersebut dihimpun dari 30 puskesmas di wilayah daratan dan kepulauan serta empat rumah sakit rujukan. Dari jumlah itu, lima kecamatan tercatat paling tinggi penyebaran kasus campak, yakni Kecamatan Kalianget (220 kasus), Rubaru (146 kasus), Kota (122 kasus), Dasuk (115 kasus), dan Saronggi (107 kasus).

“Di lima kecamatan itu, temuan kasus campak paling tinggi. Tapi semua sudah mendapatkan perawatan medis. Ada yang di Puskesmas, ada juga yang dirujuk ke RSUD dr H. Moh. Anwar,” ujar Kabid P2P Dinkes P2PKB Sumenep, Achmad Syamsuri, Jumat (22/08/2025).

Faktor Penyebab: Dampak Pandemi Covid-19

Syamsuri menjelaskan, seluruh balita yang meninggal akibat campak tidak pernah mendapat imunisasi campak. Beberapa bahkan berstatus “zero dose” atau sama sekali tidak pernah divaksin.

“Faktor utamanya karena pandemi Covid-19. Saat itu, banyak balita yang seharusnya mendapatkan vaksin campak tidak divaksin karena kegiatan Posyandu terhenti akibat pembatasan pertemuan,” jelasnya.

Kondisi ini memperlihatkan adanya dampak jangka panjang pandemi Covid-19 terhadap kesehatan balita di Sumenep, khususnya dalam hal imunisasi dasar.

Langkah Pemerintah: Imunisasi Massal ORI

Untuk menekan penyebaran campak, Dinkes P2PKB Sumenep akan menggelar imunisasi massal Outbreak Response Immunization (ORI) mulai 25 Agustus 2025. Program ini menargetkan anak usia 9 bulan hingga 59 bulan baik di daratan maupun kepulauan agar bisa divaksin serentak di 26 puskesmas.

“Stok vaksin sudah mencukupi. Kami juga mendapat dukungan dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur,” tegas Syamsuri.

Lonjakan kasus campak di Sumenep mengindikasikan dua masalah besar: rendahnya cakupan imunisasi dasar pascapandemi dan tingginya kerentanan balita di daerah kepulauan terhadap penyakit menular.
Jika tidak segera diatasi, kondisi ini berpotensi mengancam target pemerintah untuk menurunkan angka kematian bayi dan balita di Jawa Timur. (Robet)

Comment