News Satu, Sumenep, Jumat 5 April 2024- Kontrovesi pembangunan kota keris di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, terus menjadi perbincangan hangat di masyarakat. Sebab, pembangunan tugu keris yang dianggarkan oleh Dinas Pekerjaan Umum Dan Tata Ruang (PUTR) sebesar Rp 2,5 miliar terus menimbulkan pro kontra.
Bahkan, adanya dugaan kolusi dalam pembangunan tugu keris di perbatasan Sumenep-Pamekasan, tepatnya di Kecamatan Pragaan, Sumenep tersebut. Selain itu, juga banyak kalangan yang mempertanyakan siapakah yang diuntungkan dalam pembangunan tugu keris tersebut, atau jangan-jangan hanya sebuah proyek profit oriented untuk orang-orang dekatnya atau lingkaran oligarki Pemerintah Bupati Achmad Fauzi Wongsojudo.
Menyikapi kontroversi pembangunan tugu keris di perbatasan Sumenep-Pamekasan, salah seorang empu keris di Desa Palongan, Kecamatan Bluto, Sumenep, Fathrorrahman angkat bicara. Fathorrahman mengatakan, seharusnya dalam pembangunan tugu keris ini direncanakan dengan matang.
Bahkan, Fathorrahman mengingatkan, tentang sejarah bagaimana Sumenep mendapatkan julukan Kota Keris. Sebab, setelah Sumenep mendapatkan pengakuan dari United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO). Organisasi yang bergerak di bidang pendidikan, keilmuan, dan kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) itu mencatat, perajin keris terbanyak di dunia ada di Sumenep.
“Soal kontroversi tugu keris ya, saya tidak mau masuk ke itu dulu. Tapi saya hanya ingin mengingatkan kembali sejarah bagaiman Sumenep, bisa menjadi kota keris,” ucapnya, Jumat (5/4/2024).
Lanjut Fathorrahman, pada tahun 1963 lahirlah empu-empu muda yang mengikuti jejak para empu-empu terdahulu untuk tetap bisa melestarikan dan mengembangkan warisan budaya leluhur yakni keris pusaka. Bahkan, hingga saat ini para empu-empu muda yang merasa peduli dan cinta terhadap warisan budaya leluhur terus bangkit untuk mempertahankan budaya keris ini.
“Artinya kontribusi para empu itu sangat besar bagi Kabupaten Sumenep, sehingga mendapatkan pengakuan dari dunia,” ujarnya.