ACHMAD FAUZI WONGSOJUDOHEADLINEJATIMMADURAMIGASNEWSNEWS SATUPEMERINTAHANREGIONALSUMENEP

Perusahaan Migas Kenyang, Nelayan Di Sapeken Sumenep Kelaparan

×

Perusahaan Migas Kenyang, Nelayan Di Sapeken Sumenep Kelaparan

Sebarkan artikel ini
Perusahaan Migas Kenyang, Nelayan Di Sapeken Sumenep Kelaparan
Perusahaan Migas Kenyang, Nelayan Di Sapeken Sumenep Kelaparan

Sumenep, News Satu, Selasa 24 Juni 2025- Di tengah gemuruh eksplorasi migas yang telah berlangsung puluhan tahun, masyarakat Kepulauan Sapeken, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, justru tersungkur dalam krisis Bahan Bakar Minyak (BBM). Solar langka, harga melambung, dan rakyat nelayan menjerit—ironi pahit dari negeri penghasil minyak dan gas.

Dalam beberapa pekan terakhir, solar nyaris tak tersedia di pasaran. Kalaupun ada, harganya melambung hingga Rp8.500 per liter, jauh di atas Harga Eceran Tertinggi (HET). Sehingga, nelayan pun tak bisa melaut dan perahu mereka parkir tanpa kepastian, sementara perut keluarga harus tetap diisi.

“Sudah sulit cari ikan, sekarang beli solar saja harus antre dan mahal. Banyak perahu akhirnya berhenti melaut,” ujar Habibie, warga Sapeken, Selasa (24/6/2025).

Di balik kelangkaan ini, berhembus dugaan adanya praktik penimbunan dan penyalahgunaan distribusi oleh oknum tak bertanggung jawab. Warga menuding, solar “ditahan” untuk dijual dengan harga tinggi. Situasi ini menjadi ladang basah bagi spekulan, tetapi jadi kuburan ekonomi bagi nelayan kecil.

“Kalau distribusi diawasi, tak mungkin kami antri tiap hari. Harus ada penegakan hukum,” tandasnya.

Sapeken bukan wilayah biasa, akan tetapi ada dua perusahaan Migas yang terus mengeruk kekayaan alam di wilayah tersebut, yakni PT Kangean Energy Indonesia (KEI) dan PT MGA Utama Energi. Seperti Kangean Energy Indonesia (KEI) perusahaan raksasa migas ini, telah puluhan tahun mengeruk kekayaan alam dari kawasan ini. Namun, warga setempat tak merasakan dampaknya—bahkan justru harus merintih di bawah bayang-bayang kekurangan BBM.

“Kami daerah penghasil migas, tapi malah kami yang alami krisis BBM. Ini bukan lagi sekadar kelalaian, ini penghinaan,” cetus warga dengan nada kecewa.

Dalam situasi genting ini, Pemerintah Kabupaten Sumenep, khususnya Bupati Achmad Fauzi Wongsojudo, ditantang untuk tidak diam. Warga meminta pengawasan distribusi BBM diperketat, audit SPBU dilakukan, dan perusahaan migas dipaksa bertanggung jawab melalui program nyata dan bukan hanya slogan.

“Jangan hanya hadir saat kampanye. Saat rakyat tercekik, pemimpin harus berdiri paling depan,” tukasnya.

Kritik tajam juga diarahkan kepada para Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) seperti KEI dan MGA. Warga menilai, tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) tak pernah benar-benar dirasakan. Mereka menganggap perusahaan hanya datang untuk mengeruk, bukan membangun.

“Kami tak butuh janji CSR yang muluk. Kami butuh solar hari ini, kami butuh keadilan energi sekarang,” pungkasnya. (Roni)

Comment