News Satu, Surabaya, Kamis 29 Oktober 2020- Deputi Bidang Pencegahan BNPB Lilik Kurniawan menyampaikan pentingnya sinergi pentaheliks. Salah satu buktinya, BNPB bersama Ikatan Ahli Kebencanaan Indonesia (IABI) dan Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, menyusun “Buku Renungan Kebencanaan” versi Agama Katolik di Surabaya, Jawa Timur.
“Semua Komponen dalam Pentaheliks harus Siapsiaga dalam kebencanaan. Sinergi dan keselarasan melalui potensi masing-masing harus dioptimalkan dalam pengurangan resiko bencana nantinya,” ujarnya pada media di Surabaya, Kamis pagi.
Sebelumnya, Deputi Bidang Pencegahan BNPB ini membuka acara kolaboratif juga selama 2 hari itu, mulai 26 Oktober – 27 Oktober 2020 lalu. Guna melakukan Inisiasi Pembentukan dan Pengelolaan Forum Pengurangan Resiko Bencana atau F-PRB di Provinsi Jawa Timur.
Tak pelak ratusan organisasi pegiat kebencanaan hadir di Hotel Mercure Grand Mirama, jalan Raya Darmo Surabaya, Jawa Timur. Baik, dari organisasi anggota FPRB dari Kabupaten dan Kota, Hingga jajaran BPBD se Jatim. Juga nampak hadir pula.
Nampak, juga Perwakilan FRPB Pamekasan yang selama ini getol di kegiatan kemanusiaan, menyatakan sikap dan siap membentuk dan berperan dalam Forum Pengurangan Resiko Bencana di Bumi Gerbang Salam.
Setidaknya itu, yang disampaikan Budi Cahyono pada forum saat sesi tukar pendapat dan dialog dengan BNPB. Pihaknya, menepis kekhawatiran pihak BPBD setempat yang merasa disaingi dan diberatkan soal Anggaran, nantinya. Sebab, dalam pola ini F-PRB di Pamekasan, merupakan mitra kerja dari Pemkab dan tidak akan membebankan Anggaran Operasional pada APBD dalam berkerja.
“Kami sinergi dengan BPBD dan OPD lain yang erat kaitannya dengan pengurangan resiko bencana di sana. Soal operasional kami biasa swadaya dan melalui donatur yang ada. Jadi gerakan kami sebagai konseptor dan rekomentor langkah taktis kebencanaan kepada Pemkab nanti,” ungkap pria yang juga Staf BPBD Kabupaten Pamekasan itu.
Secara khusus sebagai pembicara kunci, hadir pula mantan Kepala BNPB Prof. Syamsul Maarif. pihaknya, selalu menekankan akan pentingnya peran F-PRB tersebut di daerah nantinya. Itu, sebagai wujud pentaheliks dalam mensinergikan elemen potensi yang dalam pencegahan dan pengurangan resiko bencana di Indonesia.
Secara potensi dan substansi menurutnya, para anggota melalui F-PRB itu, dapat menjadi konseptor dalam pencegahan kebencanaan di seluruh pelosok Jawa Timur. Selain memang adanya kewajiban dari setiap Pemerintah Daerah untuk mengoptimalkan potensi dan sumber daya manusia melalui forum ini, dalam meningkatkan indeks pengurangan resiko yang menjadi penilaian tersendiri dari Pemerintah Pusat.
Terutama, untuk membuat rekomendasi dalam rencana kontijensi bencana. Lalu, kemudian bisa diolah menjadi rencana operasi tanggap darurat saat ada kejadian bencana yang membutuh gerakan dari setiap potensi di wilayah tersebut.
“Nantinya, F-PRB di Jawa Timur bisa berkembang hingga ke setiap Kabupaten dan Kota. Sehingga, fungsi konseptor dalam penanggulangan bencana akan lebih massif dan merata. Baik di Tapal Kuda, Matramanan, maupun Madura ,” ungkap mantan Kepala BNPB pertama ini. (Yud)
Comment