News Satu, Pamekasan, Jum’at 17 September 2021- Vaksinasi Covid-19 seolah menjadi kewajiban bagi masyarakat yang harus beraktifitas di luar rumah dan tempat tertentu. Namun, masih ada beberapa permasalahan sinkronisasi data dan kekuranga dalam pendataan para penerima vaksin, terutama di Kabupaten Pamekasan Jawa timur hingga kini.
Ini ironis, sebab dalam ketentuan terbaru pemerintah mewajibkan adanya verifikasi data melalui scanning kode di aplikasi khusus Pedulilindungi. Sedangkan masih banyak ditemukan kasus janggal dalam pendataan personal yang dialami warga meski sudah jalani vaksinasi sesuai imbauan pemerintah.
Salah satunya, seperti yang dialami Rahman Fajar warga Desa Ponteh Kecamatan Galis Pamekasan ini. Pemuda ini memang sebelumnya berniat menonton bioskop di Kota Cinema Mal atau KCM Pamekasan bersama temannya mengingat pemutaran film perdana di studio itu.
Awalnya, ketika ingin masuk dalam studio bioskop setempat, diminta untuk melakukan scanning kode dengan aplikasi tersebut. Namun, tertolak karena data tidak valid, lalu pihaknya mengeluarkan kartu vaksinasi yang memang sudah dikantongi, lagi lagi tetap tidak diperbolehkan masuk juga oleh petugas bioskop.
Setelah dikonfirmasi oleh media ternyata ada kasus menarik yang dialami pemuda itu, pasalnya, dalam rekam data vaksinasi kedua di bulan Mei lalu, identitas dirinya telah dipakai seseorang di Kota Palembang. Nah, kondisi ini yang membuat datanya tidak muncul di aplikasi tersebut padahal secara lengkap dia telah tervaksin di Pamekasan.
“Identitas saya pas Vaksinasi bulan Mei dipakai orang Palembang,” tukasnya, Jum’at (17/9/2021).
Tak hanya itu saja, diakuinya setelah dicek dalam aplikasi yang terkoneksi ke data pusatnya juga tak terdaftar. Padahal dari bukti kartu vaksinasinya lengkap semua mulai tahap satu dan Tahap dua.
“Jadi data ke pusatnya ga ada di vaksin kedua. Padahal sudah vaksin dua kali hingga saat ini,” ungkapnya.
Memang, pihak sempat menemui petugaa tempat di jalani vaksin dan dibilang harus mengurus lagi. Namun belum dilakukan dan menilai adanya aplikasi ini menjadi semakin kurang efektif.
“Sebenarnya baik sih, hanya agak rumit, Bagi saya lucu, lebih kuat mana online dengan bukti tertulis untuk vaksinasi. Padahal saya ada kartunya,” katanya.
Diharapkannya sebagai warga, kedepan para pemangku kepentingan lebih memudahkan untuk penerapan aturan itu. Mengingat masih tidak sempurnanya berbagai data yang ada di aplikasi tersebut, apalagi untuk orang yang tidak punya kuota internet juga terkendala.(Yudi)
Comment