News Satu, Bangkalan, Kamis 21 Juni 2018- Pada momentum pemilihan gubernur dan wakil gubernur Jawa Timur serta Pemilihan bupati dan wakil bupati Bangkalan, setiap elemen masyarakat mempunyai kesempatan yang sama untuk memilih para calonnya.
Namun, fenomena di Madura, khususnya di Kabupaten Bangkalan berbeda dengan wilayah lainnya. Artikel ini dikirim oleh Sairil Munir, seorang Mahasiswa Pasca Sarjana FISIP Unair Surabaya, pada Kamis (21/6/2018).
Di Kabupaten Bangkalan, Ada tiga pilar yang bisa mengarahkan para pemilih terhadap para calonya. Bahkan ketiga pilar tersebut sangat menentukan arah politik di masyarakat. Sehingga masyarakat bisa mengikuti ketiga pilar tersebut.
Ketiga pilar yang dimaksud adalah, Peran Kiai, Blater dan kepala desa (kades) dari tiga pilar tersebut memiliki peran penting dalam pelaksanaan momentum demokrasi di Indonesia, mulai dari tingkat pemilihan umum presiden (pilpres), Pilkada baik tingkat provinsi atau kabupaten hingga pemilihan tingkat desa atau pilkades.
Tidak jarang peran keduanya dianggap sangat penting untuk dijadikan sebagai ‘perisai’ sekaligus juga bisa ‘dimanfaatkan’ untuk meraup dukungan dan suara dari masyarakat pemilih.
Bahkan kiyai, kades dan blater adakalanya juga dijadikan sebagai keuntungan tersendiri oleh para pelaku politik (politisi) yang senantiasa melekat dengan pesan maupun kesan ‘intrik’ demi sebuah kepentingan tertentu.
Dalam skala nasional, para politisi beserta jajaran tim sukses acapkali menerapkan strategi zonasi dengan memetakkan wilayah basis dan lainnya. Tidak kalah penting mereka juga mencari sosok sentral di masing-masing zona guna menambah dukungan, salah satu di antaranya ulama dan blater.
Strategi tersebut laksana regulasi tak tertulis yang juga diterapkan dalam skala pesta demokrasi tingkat provinsi maupun kabupaten, bahkan di tingkat desa pun kerap ditemukan sistem zonasi demi berharap suara pendukung dengan melibatkan kedua figur sentral dalam proses pemilihan.
Comment