News Satu, Sumenep, Selasa 20 Februari 2018- Program pengentasan kemiskian yang dicanangkan Pemerintah, nampaknya tidak berjalan maksimal. Terbukti karena tidak memiliki biaya ratusan anak di Sumenep, Madura, Jawa Timur (Jatim) terpaksa putus sekolah dan bekerja untuk membantu ekonomi orang tuanya.
Berdasarkan data di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Sumenep, ada 393 anak di Sumenep putus sekolah dan bekerja pada tahun 2017. Namun angka tersebut menuru dibandingkan pada tahun 2013 yang mencapai 3800 anak dibawah umur sudah menjadi pekerja.
“Pekerja anak di Sumenep tinggal 393 anak, terdiri dari 202 laki-laki dan 191 perempuan,” kata Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Sumenep, Moh. Fadhillah, Selasa (20/2/2018).
Ia mengatakan, anak yang putus sekolah dan memilih bekerja ini, berada di usia 7 sampai 17 tahun yang tersebar di hampir semua Kecamatan di Sumenep, baik di daratan dan Kepulauan. Namun demikian mereka bekerja bukan menjadi buruh, melainkan hanya membantu orang tuanya atau sifatnya tidak tetap.
“Mereka (Anak putus sekolah, red) bukan karena bekerja sebagai buruh, tapi hanya membantu orang tuanya saja,” ujar mantan Kepala Dishub Sumenep ini.
Lanjut Fadhilla untuk mengurangi angka anak putus sekolah dan lebih memilih bekerja, pihaknya telah mencanangkan beberapa progra, diantaranya kegiatan Pengurangan Pekerja Anak dalam rangka mendukung Program Keluarga Harapan (PPA-PKH).
“Semoga dengan program ini bisa mengurangi angka anak putus sekolah dan memilih bekerja,” pungkasnya. (Zalwi)
Comment