News Satu, Sumenep, Senin 30 Oktober 2017- Sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Gerakan Mahasiswa Ekstra Parlemen (Gempar) melakukan aksi demonstrasi di depan kantor Pemkab Sumenep, Senin (30/10/2017). Mereka menagih janji politik Bupati dan Waki Bupati Sumenep tentang bangun desa nata kota yang saat ini masih semrawut.
Mahfud Amin, Korlap aksi mengatakan, program bangun desa nata kota yang menjadi jargon politik Bupati dan wakil Bupati Busyro-Fauzi saat kampanye lalu belum terlihat dampaknya kepada masyarakat. Sebab, banyak desa masih belum berdaya secara ekonomi.
“Tahun ini merupakan tahun ke dua Bupati dan Waki Bupati Busyro-Fauzi memimpin Sumenep. Namun program bangun desa nata kota yang jargon politiknya belum jelas bagi masyarakat,” kata Korlap aksi, Mahfud Amin, Senin (30/10/2017).
Menurutnya, Pemkab tidak melakukan pendampingan secara maksimal terhadap program bangun desa nata kota ini. Hal itu semakin diperkuat dengan adanya salah satu desa di Kecamatan Gapura yang kebingungan menggunakan anggaran dana desa dengan sembarangan. Sebab, mereka kebingungan kemana anggaran dari pemerintah tersebut akan dialokasikan.
“Pemkab terkesan kurang serius untuk membangun desa. Termasuk juga dalam menata kota seperti tidak mempunyai desain yang jelas,” ungkapnya.
Menanggapi tuntutan mahasiswa ini, Kepala Bappeda Kabupaten Sumenep, Yayak Nur Wahyudi, yang menemui para pendemo membantah tentang tidak adanya pendampingan kepada desa. Sebab, Pemkab sudah melakukan pendampingan pengelolaan DD dan ADD melalui sistem keuangan desa dan pembentukan BUMDes.
Selain itu, untuk menata kota, Pemkab sudah melakukan pembenahan. Seperti, penambahan ruang terbuka hijau dan optimalisasi fungsi sungai dan selokan untuk mencegah terjadinya banjir.
“Ke depan kami terus berbenah, baik yang berkaitan dengan pelayanan langsung atau tidak langsung. Kalau ada kekurangan atau kelambatan realisasi program, itu kadang terbentur dengan kendala di lapangan,” tegas Yayak. (Ozi)
Comment