News Satu, Pamekasan, Sabtu 26 Juni 2021- Menggali potensi untuk optimalisasi pembangunan merupakan syarat wajib untuk penguatan wujud desa tematik. Terlebih bagi daerah yang sudah kaya akan kekayaan alam dan infrastruktur apik sangat mudah memang meramu konsep besar untuk kemajuan masyarakat.
Bagaimana dengan desa yang belum tergali potensi bahkan belum mempunyai keindahan alam yang bagus untuk dikembangkan? Tentunya para pemimpin desa harus memutar otak lebih kencang lagi guna wujudkan harapan desa tematik yang yahut.
Salah satunya seperti yang tengah dilakukan oleh Desa Branta Pesisir, Kecamatan Tlanakan Pamekasan Jawa Timur akhir-akhir ini. Sebagai pintu masuk Bumi Gerbang Salam, tentu bisa dibilang Perkampungan Khas Nelayan ini seharusnya menjadi etalase dan perwajahan awal kabupaten pendidikan itu.
Maka tak ayal jika selama ini banyak konsep besar dan mendasar yang sedang didorong oleh Kepala Desa Branta Pesisir, Agus Istiklal bersama Pemdes setempat. Terutama untuk upaya wujudkan mimpi desa tematik yang berkearifan lokal sebuah masyarakat nelayan yang apik dan menarik.
Menurutnya semua dasar dari daya tarik wisata itu bukan hanya semata-mata potensi dan keindahan alam semata. Namun juga ada yang lebih penting dam mendasar dari faktor alam dan potensi setempat, yakni Budaya Masyarakat Nelayan itu sendiri.
“Coba bayangkan mengapa Masyarakat banyak betah berwisata di Jogja dan Bali hingga berhari-hari. Selain destinasi wisata, yang membuat mereka betah yaitu budaya warganya yang ramah dan santun,” ungkapnya pada media, Sabtu (26/6/2021).
Menurutnya, dasar dari daya tarik destinasi wisata bukanlah kekayaan alam saja, melainkan pola hidup dan kebiasaan warga sekitar juga sangat berpengaruh sebagai daya pikat di destinasi. Sehingga dari kebiasaan itu menjadi budaya kental yang membuat pengunjung betah dan tertarik untuk datang serta menikmati suguhan kreatif apapun dari Desa Tematik itu.
“Rencana besar kita memang ingin mengembangkan potensi olahan ikan Branta Pesisir dan suguhan keindahan suasana dermaga Namun, saya harus membentuk budaya masyarakat setempat lebih ramah tamu dan ramah lingkungan,” ujarnya.
Diakui memang itu, membutuhkan waktu panjang karena berkaitan dengan kebiasaan baru. Meski begitu tetap harus dilakukan secara bertahap dan menyeluruh agar menunjang pemasaran potensi yang ada.
Pasalnya, Pemdes setempat memiliki target ke depan Branta Pesisir menjadi pintu gerbang kota yang apik dan sudah menggambarkan hidup masyarakat Pamekasan. Sehingga ketika warga atau wisatawan yang datang ke Pamekasan, dari perbatasan Kabupaten sudah terpikat dengan keramahan penduduk dan lingkungan sekitar.
“Konsep wisata juga sudah kami rancang agar bisa sambil berjalan seiring dengan proses budaya tadi. Sehingga ketika sudah waktunya, mantap disemua sektor, dengan target maksimal 6 tahun rampung,” tandasnya.
Memang selama ini sebenarnya Branta Pesisir sudah menggaungkan potensi olahan ikannya pada masyarakat sekitar. Mulai dari kuliner rujak kelang ikan yang sempat diviralkan Bupati Pamekasan H Baddrut Tamam, hingga olahan lainnya yang sudah di ekspor ke Malaysia, Singapura sampai belahan Eropa juga oleh pemuda asli desa tersebut.
“Kami juga sedang konsep kembangkan perluasan areal dermaga untuk di jadikan Ruang Terbuka Hijau, lalu Juga optimalisasi TPI dan TPS 3R yang ada. Serta, mengkonsep ulang Car Free Day ala pesisir dan Night Market ala pelabuhan,” tukasnya.
Diharapkan dari program pembenahan sarana dan optimalisasi potensi serta penguatan budaya 2 ramah itu, mampu menjadi perwajahan Bumi Gerbang Salam yang seutuhnya di kampung pesisir. Tentunya, semua akan seiring dan sejalan dengan konsep besar Pemkab setempat mewujudkan kemajuan masyarakat melalui gaungan Desa Tematik.(Yudi)