News Satu, Pamekasan, Selasa 29 September 2020- Musim kemarau yang sudah berjalan selama sebulan ini, rupanya membawa problem alam lainnya. Selain masalah bencana kekeringan yang susah diketahui, juga menimbulkan kerawanan kebakaran hutan dan lahan Karhutla.
Khusus di Madura, memang untuk luasan hutan tidaklah besar seperti di Kalimantan dan Sulawesi. Namun, semua upaya tetap dilakukan oleh pemangku dan pengembangan tupoksi kehutanan di provinsi Jawa Timur.
Secara grafis data dari FRPB, untuk kebakaran lahan yang merupakan luasan hutan skala kecil saja, terjadi belasan kali di Kabupaten Pamekasan. Terutama di kawasan Kecamatan Pamekasan, Kecamatan Larangan dan Kecamatan Galis.
Oleh karenanya, sebagai upaya mitigasi dan tindakan preventif Cabang Dinas Kehutanan / CDK Provinsi Jawa Timur, Wilayah Kerja Sumenep – Pamekasan selalu turun ke lapangan. Pola blusukan edukasi dilakukan ke gabungan kelompok tani / Gapoktan dan komunitas pecinta alam. Bahkan berkerjasama dengan relawan untuk sosialisasi pada warga.
Penyuluh Kehutanan, CDK Provinsi Jawa Timur Wilker Sumenep – Pamekasan, Dedy Bagus PW, S.Hut. M.Agr memaparkan berbagai upayanya. Mulai dari edukasi penanaman tanaman tangguh bencana, pemanfaatan hutan yang baik. Hingga bagaimana upaya dini, jika terjadi kebakaran hutan di sekitarnya.
“Hutan dan lahan di Madura memang sedikit, namun ironisnya dekat dengan pemukiman jadi lebih riskan jika terjadi karhutla dampak sosialnya,” ungkapnya, Selasa (29/9/2020) pagi.
Senada denganya, Budi Cahyono Koordinator FRPB Pamekasan, jelaskan selama ini kebanyakan kejadian karhutla di Madura, mayoritas akibat human error. Artinya, perlu kesadaran bersama untuk waspadai api kecil. Apalagi dengan banyaknya pembakaran lahan dan buang puntung rokok di semak belukar, bisa berakibat fatal untuk lingkungan dan pemukiman sekitarnya.
“Musim kemarau biasanya disertai angin kencang jadi akan mempercepat luasan dampak kebakaran jika terjadi. Semua harus waspada dan bisa memitigasi bencananya,” terangnya. (Yudi)
Comment