HEADLINENEWSNEWS SATUPEMERINTAHANREGIONALSUMENEP

Benarkah Pembangunan Tugu Keris Di Sumenep Proyek Profit Oriented?

4041
×

Benarkah Pembangunan Tugu Keris Di Sumenep Proyek Profit Oriented?

Sebarkan artikel ini
Benarkah Proyek Tugu Keris Di Sumenep Proyek Profit Oriented
Benarkah Proyek Tugu Keris Di Sumenep Proyek Profit Oriented

News Satu, Sumenep, Kamis 4 April 2024- Pembangunan tugu keris di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, terus menjadi sorotan tajam dari berbagai kalangan masyarakat. Bahkan, Proyek pembangunan ini, yang dianggarkan sebesar Rp 2,5 miliar, dinilai sebagai proyek profit oriented semata.

Kurniadi salah seorang kolektor keris di Sumenep mengatakan, pembangunan tugu keris seharusnya tidak sebatas menjadi proyek profit-oriented untuk memberikan peluang pekerjaan dan penghasilan kepada orang-orang terdekat dalam lingkaran oligarki di pemerintahan Bupati Fauzi.

“Pembangunan tugu keris ini, jangan-jangan hanya sebuah proyek profit oriented belaka, agar orang-orang dekat Bupati Fauzi mendapatkan keuntungan,” katanya, Kamis (4/4/2024).

Lebih lanjut, Kurniadi yang juga pengacara kondang di Kabupaten Sumenep, menegaskan bahwa jika memang ada niat memberikan penghargaan kepada para empuh atau pengrajin keris di Sumenep. Seharusnya dilakukan dengan cara lain seperti memberikan bantuan modal atau program lainnya bagi para pengrajin atau empuh keris di Sumenep.

“Para empuh ini sudah memberikan kontribusi besar kepada Kabupaten Sumenep, sehingga mendapatkan pengakuan dari UNESCO. Namun, nyatanya Pemkab malah membangun tugu keris, bukan memberikan bantuan modal atau penghargaan lainnya kepada para empuh keris,” ucapnya dengan nada kecewa dari Kurniadi yang dijuluki Raja Hantu ini.

Selain itu, Kurniadi juga menyampaikan kekhawatirannya terhadap dugaan kolusi dalam pembangunan tugu keris tersebut. Meskipun tidak ada kontrak kerjasama resmi, namun faktanya pemilik Helmi Art Museum sedang membuat keris yang berukuran 9 meter dengan berat 5 ton, hal ini menimbulkan kecurigaan.

“Ini jelas adanya dugaan kolusi antara Pemkab Sumenep atau Bupati Fauzi dengan pemilik Helmi Art Museum. Apapun dalihnya, itu sudah mengarah. Jika memang tidak ada kontrak atau kerjasama dengan Pemkab, ngapain buang-buang uang untuk membuat keris 9 meter, kalau tidak ada yang memesan,” tegasnya.

Pernyataan Kurniadi menunjukkan ketidakpuasan terhadap penggunaan dana publik untuk proyek yang dinilai kurang transparan dan kurang memperhatikan kepentingan riil masyarakat.

“Sebenarnya yang dibutuhkan oleh para pengrajin keris adalah penghargaan yang nyata dan dukungan untuk melestarikan warisan budaya mereka, bukan sekedar monumen yang tidak memberi dampak signifikan bagi kehidupan mereka,” pungkasnya. (Robet)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.