AGROBISNISEKONOMIHEADLINEMADURANEWSNEWS SATUPERTANIANREGIONALSUMENEP

Harga Sayuran Melonjak 100 Persen di Sumenep, Musim Hujan Ancam Ketahanan Pangan

1847
×

Harga Sayuran Melonjak 100 Persen di Sumenep, Musim Hujan Ancam Ketahanan Pangan

Sebarkan artikel ini
Harga Sayuran Melonjak 100 Persen di Sumenep, Musim Hujan Ancam Ketahanan Pangan
Harga Sayuran Melonjak 100 Persen di Sumenep, Musim Hujan Ancam Ketahanan Pangan

News Satu, Sumenep, Selasa 3 Desember 2024- Memasuki musim penghujan, harga sayuran di sejumlah pasar tradisional di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, mengalami lonjakan tajam hingga lebih dari 100 persen. Cuaca ekstrem menyebabkan pasokan sayuran terganggu akibat lahan pertanian yang terendam air, memicu keresahan di kalangan pedagang, petani, dan konsumen.

Siye, pedagang di Pasar Tradisional Anom Baru Sumenep, mengungkapkan harga sejumlah komoditas seperti cabai, tomat, sawi, dan bayam melonjak drastis dalam beberapa hari terakhir.

“Biasanya harga cabai Rp 25 ribu per kilogram, sekarang sudah naik jadi Rp 40 ribu. Tomat yang biasanya Rp 5 ribu per kilogram, sekarang melonjak hingga Rp 40 ribu,” ujarnya, Selasa (3/12/2024).

Kondisi ini menciptakan tekanan di semua lini. Petani kehilangan hasil panen, pedagang kesulitan menjual barang karena harga tinggi, dan konsumen terpaksa mengurangi pembelian akibat daya beli yang menurun.

“Kalau harganya terus naik, konsumen akan memilih mengurangi belanja. Kami pedagang juga kesulitan,” tambah Siye.

Tak hanya pedagang, para petani juga menghadapi dampak buruk musim penghujan. Intensitas hujan yang tinggi membuat lahan pertanian terendam, sehingga tanaman sayuran seperti cabai dan tomat menjadi layu dan membusuk sebelum dipanen.

Subandi, petani cabai di Kecamatan Rubaru, mengaku hasil panennya anjlok tajam akibat cuaca ekstrem.

“Biasanya dari satu hektar lahan, saya bisa panen hingga 500 kilogram cabai. Tapi sekarang hanya dapat 150 kilogram, itu pun kualitasnya buruk,” keluhnya.

Para petani dan pedagang berharap pemerintah daerah segera turun tangan untuk mengatasi dampak musim hujan ini. Langkah seperti pemberian bantuan bibit, pengelolaan irigasi, dan pendampingan teknologi pertanian menjadi harapan utama untuk mengurangi kerugian di masa depan. (Robet)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.