News Satu, Sumenep, Selasa 4 April 2017- Nata Kota, Bangun Desa itulah visi misi Bupati dan Wakil Bupati Sumenep, Madura, Jawa Timur, pada saat Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2015. Berbicara masalah Nata Kota, nampaknya Pemerintah Daerah melalui Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Pemukiman dan Cipta Karya Sumenep, mulai melakukan penataan dan pembangunan di sejumlah lokasi.
Bahkan, sebuah video miniatur kota Sumenep mulai beredar di media sosial (Medsos) Facebook.com dengan akun Ferry Saputra (Arsitek Sumenep). Dalam video tersebut menggambarkan tentang penataan kota Sumenep, mulai dari pintu masuk hingga memasuki kota, bahkan nampak terlihat betapa perkasanya Kuda Terbang berada di tengah-tengah kota.
Sebelum masuk kota, masyarakat akan melihat sebuah taman Tajamara yang merupakan rest area kota Sumenep. Kemudian saat masuk ke kota para pengendara akan kembali menikmati keindahan taman bunga atau taman Adipura, dan Masjid Jamik yang merupakan bangunan bersejarah di Sumenep, tidak hanya itu saja, masyarakat akan ditakjubkan dengan payung seperti yang ada di Masjid Nabawi atau di Masjidil Haram.
“Saat ini, kami telah mulai mendesain dari pintu masuk hingga ke dalam kota. Bahkan sebelum memasuki kota para pengendara yang dari luar Sumenep bisa berhenti di rest area di taman Tajamara. Kemudian saat masuk ke kota para pengunjung bisa menikmati keindahan bangunan bersejarah Masjid Jamik Sumenep yang telah didepannya ada payung otomatis atau buka tutup sendiri, seperti di Nabawi atau Masjidil Haram,” kata Bambang Irianto, Kepala Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Pemukiman dan Cipta Karya Sumenep, Selasa (4/3/2017).
Mantan Kepala Disparbudpora Sumenep ini mengatakan, “Nata Kota, Bangun Desa” hal ini sesuai dengan Visi Misi Bupati dan Wakil Bupati Sumenep, sehingga sebagai tugas dan fungsinya dalam tata ruang, pihaknya mulai mendesain tentang Sumenep kedepannya.
Bahkan pada tahun 2017 ini, Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Pemukiman dan Cipta Karya Sumenep telah menganggarkan Rp 4,2 miliar untuk pembangunan taman Tajamara. Sedangkan untuk pembangunan 4 payung seperti yang ada di Nabawi atau di Masjidil Haram telah dianggarkan Rp 11 miliar. Namun demikian dalam pelaksanaannya akan dibagi dua tahapan, yakni pada tahun 2017 sebesar Rp 5,5 miliar, dan tahun 2018 sebesar Rp 5,5 miliar.
“Dalam pembangunan 4 unit payung otomatis tersebut tidak bisa dilakukan sekaligus,” ungkapnya.
Selain itu, Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Pemukiman dan Cipta Karya juga akan melakukan pembangunan pedesaan. Bahkan pada tahun 2017 ini, ada 5 Desa yang telah di desain untuk menjadi sebuah pusat perkotaaan di Kecamatan, yakni, Desa Gapura, Lenteng, Rubaru, Arjasa kepulauan Kangean, dan Kepulauan Raas.
Dalam desainnya nanti, Desa yang akan dijadikan pusat kota di Kecamatan tersebut akan diberi tata ruang hijau, penerangan lampu, pembangunan trotoar, dan ada jalur hijaunya. Namun demikian dalam pembangunan Desa ini, pihaknya harus bersinergi dengan beberapa instansi terkait, seperti Dinas Perhubungan dan Dinas PU Bina Marga.
“Maksud dari menjadikan Desa sebagai pusat perkotaan di Kecamatan ini tidak lain untuk memecah keramaian, artinya masyarakat berkumpul tidak haru ke kota, melainkan cukup di Desa yang dijadikan pusat kota, karena nantinya akan dibangun taman bermain di setiap kota yang ada di masing-masing Kecamatan,” ujar Bambang Irianto.
Oleh karena itu, pihaknya berharap adanya dukungan dari semua elemen masyarakat dalam penataan kota dan bangun Desa ini. Sehingga pembangunan di Sumenep benar-benar berjalan dengan maksimal dan bisa dinikmati oleh masyarakat Sumenep.
“Dalam pembangunan ini, pastinya harus didukung oleh semua pihak agar bisa berjalan sesuai dengan konsep dan target Pemerintah daerah dalam menghadapi Visit Sumenep 2018,” pungkasnya. (RH)
Comment