News Satu, Sumenep, Minggu 13 Oktober 2024- Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Sumenep, Madura, Jawa Timur, 2024 diprediksi menjadi ajang pertarungan panas antara tiga kekuatan utama yang berpengaruh di wilayah ini, yakni birokrasi, ulama, dan kaum blater.
Masing-masing kekuatan membawa basis pendukung yang kuat, menciptakan dinamika politik yang kompleks dan penuh intrik. Di kubu birokrasi, calon yang didukung berasal dari kalangan pejabat dan tokoh politik berpengalaman. Mereka mengandalkan jaringan kuat di pemerintahan serta dukungan dari aparatur sipil negara (ASN) dan pengusaha lokal.
“Calon dari golongan ini biasanya memiliki akses terhadap sumber daya pemerintahan dan hubungan erat dengan elite politik di tingkat provinsi dan nasional,” kata Pemred News Satu, Roni Hartono, Minggu (13/10/2024).
Namun, meski memiliki struktur dan sumber daya yang kuat, tantangan terbesar bagi birokrasi adalah membangun kepercayaan publik di tengah kritik mengenai kinerja pemerintahan sebelumnya.
“Banyak masyarakat yang merasa pembangunan tidak merata, terutama di wilayah kepulauan seperti Masalembu, Kangean, Sapeken, Sapudi, Raas dan kepulauan lainnya yang sering diabaikan. Isu ketidakadilan dalam distribusi anggaran dan perhatian pemerintah menjadi titik lemah yang kerap diserang oleh lawan politik,” lanjut mantan wartawan JTV ini.
Kaum ulama, sebagai pemimpin spiritual dan panutan masyarakat, memainkan peran penting dalam Pilkada Sumenep. Pengaruh mereka di kalangan masyarakat santri sangat besar, dan dukungan dari tokoh ulama bisa menjadi kunci kemenangan dalam pertarungan ini.
Calon dari kelompok ini sering mengusung program-program berbasis keislaman dan menekankan moralitas serta keberpihakan kepada rakyat kecil. Mereka memiliki daya tarik besar terutama di pedesaan, di mana pesan moral dan keagamaan sangat dipegang teguh oleh masyarakat.
“Namun, tantangan yang dihadapi oleh kelompok ini adalah memastikan bahwa program-program mereka realistis dan dapat diterapkan dalam pemerintahan, bukan hanya janji berbasis agama semata,” tukasnya.
Sementara, kelompok Blater merupakan golongan masyarakat yang memiliki pengaruh sosial dan tradisi kultural di Madura, terutama di Sumenep, adalah kekuatan unik dalam politik lokal.
“Blater biasanya terdiri dari tokoh-tokoh dengan karisma dan jaringan sosial yang kuat, sering kali didukung oleh masyarakat tradisional dan kelompok informal,” ujar mantan Ketua PWI Sumenep ini.
Calon dari kalangan blater memiliki keunggulan dalam hal pengaruh langsung kepada masyarakat akar rumput, terutama di wilayah pedesaan yang masih sangat menghormati sistem sosial tradisional.
“Namun, kekuatan ini juga sering dikaitkan dengan politik patronase dan penggunaan kekuasaan informal yang bisa menimbulkan kontroversi,” tandasnya.
Pilkada Sumenep tahun ini semakin menarik karena adanya kemungkinan aliansi antara beberapa kubu tersebut. Kekuatan birokrasi mungkin mencoba merangkul ulama atau blater untuk memperluas basis dukungan, sementara kaum ulama dapat mencari dukungan dari kaum blater untuk mendapatkan suara di pedesaan.
“Persaingan juga bisa memanas jika masing-masing kelompok saling mempertahankan posisi mereka dan terlibat dalam konfrontasi terbuka,” pungkasnya.
Masyarakat Sumenep kini tengah menyaksikan bagaimana dinamika politik ini berkembang. Banyak yang berharap Pilkada Sumenep tahun 2024 ini, dapat menghasilkan pemimpin yang mampu menjawab berbagai tantangan, seperti ketimpangan pembangunan antara daratan dan kepulauan, peningkatan layanan publik, serta penyelesaian isu-isu sosial dan ekonomi.
Dengan semakin dekatnya hari pencoblosan, ketegangan politik di Sumenep semakin meningkat. Siapakah yang akan memenangkan hati rakyat? Apakah kekuatan birokrasi, ulama, atau blater yang akan berjaya? Hanya waktu yang akan menjawab, namun yang pasti, Pilkada Sumenep kali ini akan menjadi pertarungan politik yang tidak mudah dilupakan. (*)