News Satu, Sumenep, Rabu 10 November 2021- Aksi demontrasi aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Sumenep, Madura, Jawa Timur terhadap PT Garam sebagai salah satu perusahaan terbesar di Indonesia dibidang produksi garam diterapkan penjagaan yang cukup ketat oleh Polres Sumenep, Rabu (10/11/2021).
Seluruh massa aksi disambut dengan keberadaan kawat berduri di sekitar kantor PT Garam di Jalam Raya Kalianget 09, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur. Kawat berduri tersebut sengaja dipasang Polres Sumenep untuk menjaga keamanan. Namun mahasiswa menganggap hal tersebut terlalu berlebihan. Sehingga, beberapa kali massa aksi sempat menarik kawat berduri dan berteriak agar kawat berduri itu dilepas.
“Kawat berduri ini menghalangi jalannya aksi kami, ini merupakan hak politik setiap warga negara dan dilindungi oleh konstitusi. Kami menjamin tidak anarkis selama diperbolehkan mendekat ke kantor PT Garam dan ditemui langsung oleh Direktur Utama,” ujar Muhammad Nur, Salah satu orator aksi.
Namun, Direktur Utama PT Garam, Achmad Ardianto, tidak bisa menemui massa aksi lantaran sedang bepergian untuk mengikuti Agenda Rapat dengan DPRD Kabupaten Pamekasan, hal itu disampaikan oleh perwakilan dari perusahaan PT Garam kepada massa aksi.
“Perusahaan siap berdiskusi dan menghadiri forum yang representatif. Apa yang ditanyakan akan kami jawab disitu,” ujarnya.
Sementara, Ketua PC PMII Sumenep, Qudsiyanto, menjelaskan maksud kedatangannya untuk meminta agar PT Garam sebagai salah satu BUMN yang konsentrasinya fokus pada garam, maka besar harapan masyarakat Sumenep untuk membangun dan menumbuhkembangkan garam ke arah masa depan yang lebih mapan.
“Serapan garam dikabupaten Sumenep pada tahun ini sangat rendah, hanya mencapai angka 40%, sehingga banyak garam masyarakat yang menggunung di lahan-lahan warga petani garam tak terjual,” ungkapnya.
Dengan keadaan seperti itu, lanjut Qudsi, tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan operasional, mulai dari pembelian
kebutuhan tambak, sampai pekerja untuk panen.
“Apalagi saat ini memasuki musim hujan, yang dapat menyebabkan hasil produksi garam dapat rusak oleh air hujan. Dan masyarakat sebelumnya banyak menimbun garam disebabkan oleh harga sangat rendah,” jelasnya.
Adapun tuntutannya, terdapat tiga poin penting yang diminta massa aksi terhadap perusahan garam yang terletak diujung timur pulau madura tersebut, diantaranya.
1. Tingkatkan kualitas garam di Kabupaten Sumenep dengan cara menjadi partner petani
garam lokal
2. Selaku BUMN, berikan solusi untuk menuntaskan problem harga yang mencekik
masyarakat
3. Optimalkan serapan garam hasil produksi masyarakat lokal sebelum menyerap garam impor . (Zalwi)
Comment