News Satu, Surabaya, Sabtu 12 Oktober 2024- Kasus bunuh diri di Indonesia, khususnya di wilayah Surabaya, mengalami peningkatan yang mengkhawatirkan, dengan sebagian besar korban berasal dari kalangan remaja dan mahasiswa.
Fenomena ini menarik perhatian Dr. Lia Istifhama, anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) Jawa Timur, yang menyoroti pentingnya langkah preventif dalam sektor pendidikan dan dukungan sosial untuk menangani masalah ini.
Menurut Ning Lia, sapaan akrab Lia Istifhama, mahasiswa dan remaja berada dalam fase transisi dari remaja ke dewasa awal, yang penuh tekanan baik dari segi akademis, ekonomi, maupun sosial.
“Banyak mahasiswa menghadapi masalah umum seperti keuangan, hubungan dengan dosen, persoalan akademis, pertemanan, dan kesehatan. Semua ini dapat menyebabkan stres yang signifikan,” ujarnya pada Sabtu (12/10/2024).
Lebih lanjut, Lia mengungkapkan bahwa sekitar 81,9 persen mahasiswa memiliki pemikiran tentang bunuh diri, berdasarkan sebuah penelitian.
“Ini angka yang tinggi dan perlu tindakan antisipatif,” ungkapnya. Faktor pemicunya, menurutnya, termasuk depresi, rendahnya dukungan sosial, masalah keluarga, hingga tekanan ekonomi.
Untuk itu, Lia menekankan pentingnya tindakan pencegahan primer melalui penguatan karakter dan mental di lingkungan pendidikan. Ia mendorong adanya program berbasis sekolah yang fokus pada krisis hotline, pembatasan metode mematikan, serta edukasi dan identifikasi anak dan remaja dengan risiko tinggi.
Selain pencegahan primer, Lia juga menyoroti pentingnya pencegahan tersier atau terapi bagi mereka yang telah mencoba bunuh diri.
“Resiliensi atau ketahanan mental adalah kunci bagi seseorang untuk bangkit dari keterpurukan. Ini bisa diperkuat dengan dukungan dari keluarga dan teman,” tambahnya.
Lia juga membahas langkah “postvention,” intervensi yang dilakukan setelah peristiwa bunuh diri untuk mencegah depresi atau trauma pada orang-orang terdekat.
“Krisis intervensi bagi keluarga dan teman-teman korban sangat penting agar mereka tidak mengalami stres pasca-trauma atau depresi yang berkepanjangan,” paparnya.
Dengan meningkatnya angka bunuh diri di kalangan anak muda, Lia berharap adanya upaya komprehensif dari pemerintah dan masyarakat untuk mencegah kasus serupa di masa depan.
“Pengetahuan tentang faktor risiko dan pencegahan yang tepat sasaran diharapkan dapat menurunkan kasus bunuh diri, khususnya di kalangan remaja dan mahasiswa,” tutup Lia. (Kiki/*)