BONDOWOSOHEADLINEIDUL FITRINEWSPESANTRENREGIONALTAPAL KUDA

Inilah Tradisi Pesantren Tertua Di Bondowoso

×

Inilah Tradisi Pesantren Tertua Di Bondowoso

Sebarkan artikel ini
Inilah Tradisi Pesantren Tertua Di Bondowoso
Inilah Tradisi Pesantren Tertua Di Bondowoso

News Satu, Bondowoso, Rabu 12 Juni 2019- Ponpes Nurul Islam Desa Poncogati, Kecamatan Curahdami, Bondowoso, Jawa Timur (Jatim) yang berdiri sejak tahun 1768 Masehi melakukan tradisi secara turun temurun yakni mengantarkan ketupat lontong atau lebih dikenal dengan istilah ‘Arebbe Lontong’ (Bagi makanan lontong, red).

Dimana warga tersebut setiap tanggal 7 Syawal, beramai-ramai mengantarkan makanan berupa lontong atau ketupat ke masjid maupun musholla. Kemudian makanan tersebut disajikan pada saat selesai melaksanakan ngaji maupun dzikir dan sholawatan.

“Ini sudah menjadi tradisi masyarakat daerah sini tiap tanggal 7 Syawal, sehingga makanan lontong dan ketupat yang mereka bawa ke Masjid maupun Musholla di makan secara bersama-sama. Tetapi sebelum di makan warga yang ada surau berdoa terlebih dahulu, supaya selamat dunia akhirat dan bisa melanjutkan beribadah dengan lancar setelah menjalankan puasa selama sebulan, kemarin,” ujar Abdul Mu’is As’ad Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Islam Poncogati, Rabu (12/6/2019).

Disebutkan, bahwa kebiasaan mengantar makanan ke masjid maupun surau dalam bahasa Madura disebut Arebbe. Hal itu merupakan sebuah bentuk rasa syukur masyarakat dapat melaksanakan Ibadah Puasa di bulan suci Ramadhan dan meraih kemenangan saat Hari Raya Idul Fitri. Selain itu juga bertujuan mempererat tali persaudaraan antar sesama warga dengan cara makan bersama dari makanan yang telah disuguhkan oleh warga setempat.

“Kebiasaan ini sudah menjadi sebuah tradisi turun temurun yang hingga kini tetap dilestarikan oleh masyarakat. Jadi biasanya, sejak kemarin masyarakat sibuk membuat selongsong ketupat atau lontong dan untuk dibawa ke masjid maupun surau,” jelasnya.

Pesantren Nurul Islam Poncogati Kabupaten Bondowoso , merupakan pesantren tertua di kabupaten ini. Pendirinya adalah  KH Hasbullah yang biasa dipanggil dengan sebutan Bujuk Ajjih yang kemudian dilanjutkan oleh KH Djakfar Shidoq dan dilanjutkan oleh KH Tuan Ikrom. (Rakib)

Comment