Ritual sedekah ubat digelar dalam rangkaian 4 hari. Dimalam hari pertama disebut dengan Tolak Balak. Dimalam itu selepas magrib, tua, muda, bahkan anak-anak diajak berkumpul di tanah lapang untuk mengikuti ritual sedekah obat.
Sekelompok pemuda mengelilingi warga yang berkumpul itu dengan kayu memali sejenis kayu gaharu yang telah dikupas bersih. Kayu tersebut disusun rapi mengurung warga peserta ritual sedekah obat. Jika telah masuk waktu ritual, tidak seorang pun diperbolehkan keluar masuk dari lingkaran tersebut.
Berselang beberapa menit ketua adat desa pun keluar dengan membawa teko besar berisi air yang sudah dicampur rempah daun paya. Di belakangnya berbaris anak-anak muda yang membawa teko dengan ukuran yang sama. Air dalam teko tersebut lalu dipercikan satu per satu kepada tiap warga.
Keesokan harinya hingga hari ketiga warga harus berpantang, yaitu dilarang pergi ke sawah ataupun ke kebun bahkan dilarang keras memegang senjata tajam. Warga percaya, bila dilanggar akan mendatangkan mara bahaya apalagi di hari ketiga yang disebut dengan pantang perit (pantang ketat), warga dilarang melakukan aktifitas berat.
Selama 3 hari berturut-turut itu, menjelang maghrib, setiap rumah menyalakan api dengan sabut kelapa sebagai simbol mengusir setiap mara bahaya. Ritual ini dilakukan oleh Kepala Keluarga atau anak laki-laki. Malam harinya, tidak ada seorang wargapun yang berani keluar rumah.
Selain menyalakan api, kepala keluarga juga memasang bambu kuning yang diselipkan di atap plafon rumah. Bambu kuning itu melambangkan keberanian dan kesejahteraan. Banyaknya bambu kuning yang melekat di atap rumah, menggambarkan sudah berapa kali penghuni rumah tersebut mengikuti sedekah obat.
Di hari keempat selepas berpantang, digelar sedekah dawet. Warga yang mampu membuat kolak dawet di rumah masing-masing lalu dibagikan ke warga yang kurang mampu serta jiron tetangga. Selain dawet, Hidangan lain yang disediakan juga unik. Ada lemang yang terbuat dari tepung beras yang dimasukkan ke dalam bambu lalu dibakar di atas tungku api.
Comment