BUDAYAHEADLINENEWSOGAN KOMERING ILIRREGIONAL

Berusia 122 Tahun, Rumah Adat Bengkulah di OKI Masih Bertahan Hingga Kini

×

Berusia 122 Tahun, Rumah Adat Bengkulah di OKI Masih Bertahan Hingga Kini

Sebarkan artikel ini
Berusia 122 Tahun, Rumah Adat Bengkulah di OKI Masih Bertahan Hingga Kini
Berusia 122 Tahun, Rumah Adat Bengkulah di OKI Masih Bertahan Hingga Kini

Dikatakan Zamawi ada beberapa kepercayaan masyarakat Komering Bengkulah akan asal usul mereka. Salah satunya, tentang cerita turun temurun seorang panglima dari bala tentara Fatahilah, Banten, bernama Tan Dipulau, yang menjadi tamu di daerah Marga Semendawai Suku III.

Ia datang menggunakan perahu menelusuri Sungai Komering. Tan Dipulau berlabuh dan menetap di daerah Marga Semendawai Suku III, tepatnya di Dusun Kuripan.

Keturunan Tan Dipulau membuka permukiman baru di seberang sungai atau seberang dusun Kuripan, yang disebut Dusun Gunung Jati. Selanjutnya, Marga Semendawai disebut keturunan Tan Dipulau dari Dusun Kuripan. Sedangkan untuk di Marga Bengkulah, pembawa dan penyiar Islam adalah Moyang Tuan Syarif Ali dan Tuan Murarob yang berasal dari Banten dan dibantu oleh Tuan Tanjung Idrus Salam.

Secara budaya masyarakat Bengkulah dipengaruhi oleh tiga kerajaan serumpum melayu, diantaranya Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Skala Brak (Daerah Ranau perbatasan Sumatera Selatan dan Lampung) dan Kesultanan Palembang Darussalam yang pernah berjaya dimasing – masing masanya dan membawa pengaruh yang melekat hingga kini.

Hal ini terbukti dari bahasa, adat istiadat budaya yang berlaku. Bahasa yang dipergunakan sehari-hari, makanan hingga arsitektur rumah adat bengkulah yang kental dengan nuansa melayu dan Sriwijaya.

Syaiful Bahar bin Depati Bahar yang merupakan keturunan langsung H Rais pendiri rumah adat Bengkulah mengungkapkan dulunya rumah ini merupakan pusat Pemerintahan Marga atau suku. Diceritakan Syaiful, pada awal berdirinya pusat pemerintahan suku Bengkulah terletak di Tepi Sungai Bengkulah, Tiuh Usang Desa Negeri Ratu (Saat ini terletak Sabah/ Pulau Gemantung Ilir) dan dikarenakan terdapat musibah kebakaran yang melanda sebagian besar rumah warga. Saat itu, maka pusat pemerintahan mulai dipindahkan ke Kampung Balak Desa Negeri Ratu (Sekarang Dusun III Desa Pulau Gemantung Induk).

Lanjut Membaca Page 3

Comment