News Satu, Pamekasan, Minggu 15 November 2020- Upaya para relawan untuk memulangkan Ahmad Mono alias Paong, 60, dari Kota Medan, Sumatera Utara terealisasi. Pasalnya, setelah lebih dari 5 bulan di rumah singgah relawan, paong diasuh oleh Relawan lambat laun mendapat kejelasan terkait asal usul dan sanak keluarganya.
Sebab, setelah ditemui di kompleks pemakaman umum sebelumnya, memang paong dirawat secara intensif dengan metode penanganan khusus. Karena, adanya kesulitan komunikasi dan kelainan pada mental yang diduga, akibat kehidupannya yang sebatang kara selama berpuluh puluh tahun.
Adalah Maulana dan Putra, seorang relawan asal Medan yang selama 5 bulan terakhir ini merawat dan mencari tahu tentang keluarga dan kerabat paong melalui akun medsos yang komunitas mereka kelola. Hari demi hari pihaknya selalu mencari petunjuk tentang tempat asal paong, baik melalui teknis komunikasi ataupun dengan melihat tanda khas di tubuhnya.
“Alhamdulillah, melalui upaya mencari informasi dari pak paong, sendiri. Kemudian, respon viewer YouTube Kami, akhirnya bisa berkomunikasi dengan Relawan FRPB Pamekasan waktu itu,” ungkap Maulana pada media, Minggu (15/11/2020).
Memang sebelumnya, pihaknya kesulitan menentukan asal tanah kelahiran paong, sebab ketika ditanya pada yang bersangkutan, selalu simpang-siur. Mulai menyebut Kota Surabaya, Kabupaten Bangkalan, hingga menyebut Gurem yang merupakan salah satu daerah di Pamekasan, Jawa Timur.
“Namun, ikhtiar para Relawan di Medan yang kemudian disambung dengan informasi akurat yang diberikan Budi Cahyono di Pamekasan bisa nyambung dan terkoneksi ke pihak keluarga,” terangnya haru.
Kemudian, pihaknya segera mengupayakan untuk jadwal kepulangan paong ke pulau Madura bersama Relawan FRPB Pamekasan. Bahkan, dari pihak keluarga paong yang berada di Jakarta dan Surabaya menyempatkan diri untuk bertemu beliau saat Rombongan transit di kota itu sebelumnya.
“Semua ternyata nyambung dan lancar, baik, pak paong dengan kerabat yang sempat menemuinya saat transit sudah saling ingat dan lepas rindu. Nah, sekarang beliau menginjakkan kakinya lagi di Pamekasan, tanah kelahiran untuk bertemu Ibunda tercintanya,” tuturnya.
Sementara itu, Budi Cahyono, Tim Penjemputan dari FRPB Pamekasan yang kemudian mengiringi kepulangan paong juga merasa terharu dan bangga. Sebab upaya relawan itu, membuahkan senyum dan menyatukan keluarga paong kembali.
Maklum mereka terpisah sekitar 40 tahun, bahkan banyak kerabat yang sudah menduga paong meninggal dan menggelar haul tiap tahun. Namun, keyakinan Paong masih hidup dari Ibunya, seolah menjadi doa ijabah baginya untuk bisa kembali pulang ke Bumi Gerbang Salam, Sabtu pagi ini.
“Alhamdulillah, sinergi relawan berbuah senyum pada pak paong dan keluarga. Bahkan, pihak Lurah Parteker dan Camat Kota Pamekasan menyambut beliau dengan baik bersama warga sekitar dengan haru,” katanya pada media. (yudi)
Komentar