News Satu, Probolinggo, Senin 31 Oktober 2022- Seorang kakek bernama Agus Sugiarto, (76), sebatangkara hidup ditengah hutan mangrove berlokasi di kelurahan/kecamatan Mayangan, Kota Probolinggo yang sehari-harinya menempati sebuah gubuk reot.
Agus Sugiarto mengaku sudah 40 tahun lamanya dirinya hidup di hutan mangrove tersebut.
“Saya sudah 40 tahun disini, saya asal yogyakarta demi hidup disini saya kerja ngamen namun saat ini berhenti beralih cari kerang laut dan cari barang bekas (Rop Porop, red),” ucapnya.
Pria yang berkelahiran Yogyakarta ini, mengaku tidak memiliki keluarga lagi. Bahkan dirinya sudah lupa terhadap kelima saudaranya sekarang tinggal dimana.
“Saya sudah tidak tahu lagi saudara-saudara saya itu tinggal dimana. Karena sudah puluhan tahun, tidak bertemu,” terangnya.
Selama tinggal di tengah hutan mangrove, Agus mengaku tidak pernah takut meskipun sendirian. Dengan menggunakan lampu minyak tanah, dia tidur di dalam gubuk yang hanya berukuran 1 x 2 meter tersebut. Bahkan tempat tidurnya bercampur dengan dapur yang dibuatnya sendiri.
Ia mengaku tidak mempunyai keinginan lagi, kembali ke kampungnya Kota Yogyakarta. Selain itu kedua orang tuanya sudah meninggal dunia dan semua saudara kandungnya tidak diketahui keberadaannya.
“Karena saya sudah puluhan tahun tidak pernah ketemu, sebelum dihutan ini saya setiap harinya tidur di pinggir Alun – alun kota Probolinggo,” tuturnya.
Pria yang kini mengaku sakit-sakitan itu menceritakan, ia meninggalkan Yogyakarta, tempat kelahirannya setelah putus sekolah dasar, kemudian ia merantau ke Probolinggo.
Dengan bekal kemampuan bisa memperbaiki kunci, ia lalu membuka tempat service kunci. Namun pekerjaan yang digelutinya itu tidak bertahan lama, sehingga memilih menjadi pengamen jalanan, untuk menafkahi hidupnya sendiri.
Selama tinggal di tengah hutan mangrove, kakek itu mengaku belum pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah.
“Selama ini saya tidak pernah mendapatkan bantuan apapun dari pemerintah sebab dirinya tidak pernah memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP),” tutupnya. (Bambang)
Komentar