HEADLINENEWSNEWS SATUPEMERINTAHANREGIONALSUMENEP

Kontroversi Tugu Keris, Paguyuban Kecewa Dengan Sikap Bupati Sumenep

4982
×

Kontroversi Tugu Keris, Paguyuban Kecewa Dengan Sikap Bupati Sumenep

Sebarkan artikel ini
Kontroversi Tugu Keris, Paguyuban Kecewa Dengan Sikap Bupati Sumenep
Kontroversi Tugu Keris, Paguyuban Kecewa Dengan Sikap Bupati Sumenep

News Satu, Sumenep, Jumat 5 April 2024- Kontrovesi pembangunan tugu keris di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, yang dianggarkan oleh Dinas Pekerjaan Umum Dan Tata Ruang (PUTR) sebesar Rp 2,5 miliar terus mendapatkan sorotan dari para empu dan peguyuban keris.

Bahkan, sejumlah paguyuban maupun empu atau pengrajin keris di Sumenep, merasa tidak dilibatkan dalam pembuatan tugu keris tersebut. Oleh karena itu, mereka sangat kecewa dengan sikap Bupati Sumenep, Achmad Fauzi Wongsojudo, yang dinilai tidak menghargai para empu dan paguyuban keris.

Ketua paguyuban Istana Ukir Sumenep, Yanto mengatakan, jika memang Bupati Sumenep, Achmad Fauzi Wongsojudo, ingin memberikan penghargan kepada para empu yang terus eksis dalam melestarikan dan mengembangkan warisan budaya leluhur yakni keris pusaka, seharusnya dilibatkan dalam pembangunan tugu keris tersebut.

“Ya, seharusnya empu atau pengrajin keris dan paguyuban juga dilibatkan dalam pembangunan tugu keris tersebut,” katanya, Jumat (5/4/2024).

Lanjut Yanto, pembangunan tugu keris tersebut memang menimbulkan tanda Tanya besar?. Sebab, selain tidak melibatkan para empu dan paguyuban keris di Sumenep, juga dinilai ada yang ditutup-tutupi.

Padahal jika berbicara tentang keris, yang paling paham adalah para empu dan paguyuban. Bahkan, dengan jasa para empu tersebut, Sumenep mendapatkan pengakuan dari United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO). Organisasi yang bergerak di bidang pendidikan, keilmuan, dan kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) itu mencatat, perajin keris terbanyak di dunia ada di Sumenep, yakni sekitar 862 pengarajin di 17 Desa yang tersebar di 3 Kecamatan, yakni Kecamatan Lenteng, Kecamatan Bluto dan Kecamatan Saronggi.

“Tanpa empu, Kabupaten Sumenep tidak akan pernah mendapatkan pengakuan dari dunia. Tapi kalau begini caranya, berarti Pemkab Sumenep, dalam hal ini Bupati Fauzi, dinilai sudah tidak menghargai para empu dan paguyuban keris di Sumenep,” tandasnya.

Yanto juga mendengar kabar, jika orang-orang yang dilibatkan dalam perencanaan pembangunan tugu keris tersebut, bukanlah orang yang paham tentang keris dan juga tidak pernah tahu ilmu tentang pembuatan keris.

“Hal ini, yang menjadi sorotan tajam di teman-teman paguyuban dan para empu atau pengrajin keris di Sumenep. Bahkan, di publik orang itu, seakan-akan sudah ahli dan paham masalah keris. Padahal, faktanya, dia tidak pernah tahu mana keris yang bagus atau memang keris kuno, apalagi disuruh membuat keris, ya mana mungkin dia bisa,” tukasnya.

Oleh karena itu, dirinya berharap Bupati Sumenep, Achmad Fauzi Wongsojudo, lebih mengharga para empu atau pengrajin keris dan paguyuban yang terbentuk di Sumenep. Sebab, jasa mereka sangat luar biasa bagi Kabupaten Sumenep, yang kini terkenal dengan Kota Keris.

“Memang bagus pembangunan tugu keris tersebut sebagai legitimasi, tapi kalau salah dalam membuatnya, ya percuma. Apalagi, dinilai tidak menghargai orang-orang sudah berjasa dalam melestarikan budaya leluhur sampai saat ini, sehingga mendapatkan pengakuan dunia. Ini yang menjadi salah akhirnya,” tutup Yanto dengan sambil tersenyum dan seakan kecewa dengan sikap Bupati Fauzi.

Kekecewaan terhadap sikap Bupati Sumenep, Achmad Fauzi Wongsojudo, dalam pembuatan tugu keris ini, nampaknya dirasakan oleh para empu atau pengrajin keris dan paguyuban di Kabupaten Sumenep. (Robet)

Comment