Seiring berjalannya waktu, Bandara ini mengalami pasang surut dalam pengembangannya. Padahal Bandara Trunojoyo mengalami era keemasan pada awal-awal pembangunannya diawali dengan penerbangan secara langsung jemaah haji Sumenep ke Surabaya tanpa melalui perjalanan darat yang menempuh waktu kurang lebih empat jam.
Memang pada tahun 2008 Bandara Trunojoyo mendapat angin segar dari Kementerian Perhubungan RI untuk dijadikan bandara komersil. Direktorat Teknik Bandara Dirjen Perhubungan Udara, Cecep Kurniawan bersama Yoga Kumala dari Direktorat Teknik Perhubungan Udara dan staf Administrator Juanda Surabaya, terjun ke Bandara Trunojoyo Sumenep untuk memastikan rencana besar tersebut, seiring dengan banyak berdiriya bandara di Jatim, seperti di Jember saat itu.
Sejak saat itu pulalah Bandara Trunojoyo mulai berbenah, mulai dengan menambah fasilitas utama bandara, yakni pembangunan fasilitas keselamatan penerbangan dan bangunan NDB untuk navigasi penerbangan. Juga dibangun fasilitas pertolongan kecelakaan penerbangan, pemadaman kebakaran (PKP-PK), bak air kapasitas 5.000 liter dan Non Directional Beacon (NDB).
Tidak hanya kelengkapan fasilitas bandara, runway atau landasan pacu Bandara Trunojoyo saat itu yang panjangnya hanya 800 meter, harus ditambah, sedikitnya 1.200 meter, agar pesawat jenis Cassa 212 dan pesawat Cesna bisa landing dan take off di Bandara Trunojoyo.
Pada Tahun 2008 Pemerintah Kabupaten dan DPRD Sumenep telah mengucurkan sekitar Rp 5 hingga 10 miliar untuk kepentingan perpanjangan landasan pacu. Namun hingga akhir masa jabatan Bupati Ramdlan Siraj Tahun 2010, rencana komersil Bandara Trunojoyo belum juga terwujud.
Kemudian Bupati Busyro Karim, pada tahun 2011 kembali memikirkan pengembangan Bandara Trunojoyo. Bahkan, dengan rasa optimisnya Bandara Trunojoyo harus beroperasi demi mewujudkan mimpi masyarakat Kabupaten Sumenep, dan para Bupati-bupati sebelumnya.
“Pada waktu itu saya sangat optimis, ini pasti bisa di era saya. Jadi saya langsung berkomunikasi dengan Pemerintah Pusat untuk pengembangan Bandar Udara Tronoyo,” tuturnya.
Kemudian Bandara tersebut benar-benar beroperasi dengan pesawat perintis, dan pada tahun 2017 benar-benar ada pesawat komersil yakni Pesawat ATR 72 milik Wings Air dengan kapasitas 70 orang resmi melayani jalur Surabaya-Sumenep, Sumenep-Surabaya. Sukses mengoperasikan Bandara Trunojoyo, nampaknya tidak membuat puas Bupati Busyro.
Comment