Surabaya, Sabtu 23 Agustus 2025 | News Satu- Dukungan terhadap Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa terus mengalir dari berbagai tokoh publik. Sejumlah figur berpengaruh seperti anggota DPD RI Lia Istifhama, Ketua BKN Jatim Gus Rofii, aktivis Rudy Gaol, dan tokoh muda Baijuri, menyuarakan satu sikap tegas: menjaga kondusifitas Jawa Timur dari provokasi aksi unjuk rasa 3 September mendatang.
Senator asal Jatim, Lia Istifhama atau akrab disapa Ning Lia, blak-blakan menilai rencana aksi tersebut tidak mencerminkan nilai luhur demokrasi, bahkan sarat kepentingan pribadi segelintir pihak.
“Rencana Aksi 3 September tidak ada relevansinya dengan semangat konstitusi. Itu sangat mencolok kepentingan pribadi oknum tertentu dan merusak nilai demokrasi, karena tuntutannya inkonstitusional,” tegasnya, Sabtu (23/8/2025).
Menurutnya, konstitusi memang menjamin kebebasan berpendapat sebagaimana tertuang dalam Pasal 28E ayat (3) UUD 1945, namun kebebasan itu bukan berarti tanpa batas. Aksi yang justru menodai ketenteraman publik, kata Ning Lia, sama saja melanggar hak asasi manusia sebagaimana dijamin Pasal 9 UU No.39 Tahun 1999, yaitu hak hidup tenteram, aman, damai, dan bahagia.
Ning Lia menegaskan, saat ini Indonesia tengah menghadapi pekerjaan besar di panggung global. Dengan adanya kesepakatan dagang Presiden Prabowo bersama mitra Eropa dan Amerika, Jawa Timur didapuk menjadi salah satu barometer perdagangan internasional.
“Semangat ini jangan diprovokasi dengan sikap-sikap tidak produktif. Masyarakat butuh stimulus untuk bekerja dan berkarya, bukan diganggu aksi yang unfaedah,” tandasnya.
Menariknya, Ning Lia mengaku pernah memimpin demonstrasi sebanyak dua kali. Namun, menurutnya, aksi itu berbeda karena jelas konteks dan tuntutannya.
“Yang membedakan demo sehat dengan demo imajiner adalah arah perjuangan yang jelas. Kalau hanya untuk provokasi dan kepentingan sempit, itu bukan contoh baik bagi demokrasi,” ujarnya.
Ning Lia juga mengingatkan para tokoh publik untuk menjadi teladan. Ia menekankan bahwa generasi muda harus belajar nilai luhur, bukan provokasi.
“Jangan jadi aktor hate speech atau fitnah, karena itu investasi buruk untuk masa depan bangsa. Anak-anak harus dicerdaskan, bukan dibuat jadi pahlawan kesiangan yang bahkan tidak tahu siapa lawan atau penindasnya,” pungkasnya. (Kiki)
Comment