News Satu, Surabaya, Kamis 27 Juni 2024- Lia Istifhama, Senator terpilih asal Jawa Timur, kembali menjadi korban kejahatan siber. Peristiwa ini mengingatkan publik pada bocornya Pusat Data Nasional (PDN) yang sempat melumpuhkan layanan publik. Ning Lia, sapaan akrab Lia Istifhama, mempertanyakan sejauh mana keamanan digital di Indonesia mampu melindungi warganya.
“Sejak ditetapkan sebagai anggota DPD RI oleh KPU RI, saya berulang kali mengalami ketidaknyamanan akibat kejahatan cyber. Tidak lama setelah penetapan DPD terpilih, halaman Wikipedia dengan nama Lia Istifhama terblokir, dan semua akun Wikipedia yang pernah mengisi halaman tersebut juga terblokir,” ujarnya, Kamis (27/6/2024).
Tak hanya itu, nomor WhatsApp miliknya pernah mengalami kejadian aneh. Lia mengaku nomor WhatsApp-nya tidak bisa digunakan selama beberapa menit tanpa sebab yang jelas, dan pesan yang dikirim tidak masuk dalam riwayat. Hal yang sama terjadi pada akun Instagram miliknya dan akun relawan yang mengalami shadow block.
“Nomor WhatsApp saya pernah terblokir pada 27 April 2024, padahal saya tidak membuka link atau aplikasi apapun. Tiba-tiba terblokir begitu saja,” jelasnya.
Kejadian paling mengkhawatirkan terjadi pada 20 Juni 2024, ketika akun Google pribadinya, liaistifhama@gmail.com, diretas oleh hacker. Akun tersebut tiba-tiba keluar dari perangkat HP-nya tanpa izin, meskipun sudah menggunakan autentifikasi dua faktor. Hacker tersebut berhasil mematikan autentifikasi dua faktor, mengubah sandi, nomor telepon, dan email pemulihan tanpa jejak di email.
“Saya masih bisa membaca email tapi hanya dalam mode membaca. Tidak bisa menulis apapun karena terkunci,” ungkap Lia.
Menyusul serangan siber ini, Ning Lia, yang juga keponakan Gubernur Jatim 2019-2024 Khofifah Indar Parawansa, telah mengirimkan email ke support-id@google.com dan receptions_id@google.com. Bahkan, ia berkunjung langsung ke kantor resmi Google Indonesia di kawasan SCBD, Jakarta, pada Senin (24/6/2024).
“Setelah kejadian, saya mengirim pesan ke support-id@google.com namun tidak ada respon memuaskan dan akun Google masih dikuasai hacker. Saya juga sudah ke kantor resmi Google dan bertemu pihak sekuritas, tetapi mereka hanya menjelaskan bahwa Google Indonesia hanya menangani pemasaran dan untuk masalah legal maupun cyber crime, disarankan mengirim pesan ke receptions_id@google.com yang berpusat di Singapura,” tambahnya.
Setelah berbagai upaya tidak membuahkan hasil, Ning Lia menyampaikan masalah ini ke media untuk meningkatkan kesadaran publik tentang lemahnya keamanan digital di Indonesia.
“Tujuan saya jelas, menyampaikan bahwa keamanan digital sangat lemah. Terbukti meskipun menggunakan sandi yang tergolong kuat, menerapkan autentifikasi dua faktor, dan menyertakan akun pemulihan serta nomor telepon, semua itu tidak berfungsi dan sangat mudah dibobol. Parahnya, kita sebagai pengguna Google pun tidak bisa berbuat banyak. Padahal itu adalah one stop information,” tutupnya.
Insiden ini menjadi peringatan serius tentang pentingnya memperkuat sistem keamanan digital di Indonesia untuk melindungi data dan privasi pengguna dari ancaman kejahatan siber. (red/*)