“Sumenep itu menobatkan diri sebagai kota keris, karena banyaknya empu atau pengrajin keris yang terus eksis sampai hari ini. Namun, ternyata eksistensi atau keberadaan mereka terkesan tidak ada harganya bagi Bupati Fauzi,” tandasnya.
Pengacara kondang di Kabupaten Sumenep ini menyatakan, dirinya hanya bisa merasa kasihan kepada empu atau pengrajin keris yang tidak dilibatkan dalam pembangunan tugu keris di Desa Sendang, Kecamatan Pragaan, Sumenep. Yang menjadi pertanyaan, kenapa dan ada apa pembangunan tugu keris ini tidak melibatkan mereka?.
Setelah dilakukan penelusuran, ternyata dalam pembangunan tugu keris di Desa Sendang, Kecamatan Pragaan, Sumenep, ada anggaran yang cukup fantastis, yakni Rp 2,5 miliar. Anggaran ini bisa jadi ada dugaan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).
“Bisa saja, ini akan berakhir pada persoalan hukum tindak pidana korupsi (Tipikor),” tukasnya.
Dirinya melihat dari akan dibangun hingga mulai dibangunnya tugu keris tersebut, sudah banyak kejanggalan. Sehingga, patut diduga telah adanya kolusi dan nepotisme, yakni sebelum ada kontrak atau siapa yang ditunjuk untuk membuat tugu keris tersebut, ternyata sudah ada yang membuat keris sepanjang 9 meter dengan berat 5 ton.
Bahkan, Bupati Sumenep, Achmad Fauzi Wongsojudo, meninjau langsung pembuatan tugu keris tersebut. Hal ini menjadi pertanyaan besar bagi publik, dan patut diduga telah ada kolusi dalam proyek tugu keris ini.
Sementara, yang membuat keris sepanjang 9 meter dengan berat 5 ton mengaku belum ada kontrak atau kerjasama dalam pembuatan kerisnya. Sebab, dia berdalih hanya sebagai pengusaha keris, dan jika memang pemkab mau beli kerisnya, yang dipersilakan.
“Ini sangat lucu, masa tidak ada yang pesan. Tiba-tiba membuat keris sepanjang 9 meter dengan berat 5 ton. Saya juga bertanya-tanya, dan patut menduga bahwa ini adanya sebuah kolusi yang dilakukan Bupati Fauzi,” ujarnya.
Dengan adanya kontroversi tugu keris ini, dirinya sangat tertarik untuk melakukan investigasi kelapangan. Bahkan, dilapangan dirinya menemukan beberapa kejanggalan. Mulai dari anggaran Rp 2,5 miliar dalam pembuatan tugu keris tersebut, yang informasinya sudah cair Rp 1,1 miliar.
“Dari Rp 2,5 miliar, ternyata sudah cair Rp 1,1 miliar. Ini yang jadi pertanyaan apakah pencairan ini untuk pembangunan bundaran atau untuk pembuatan tugu keris. Tapi saya tidak mau merincinya sekarang, nanti saya akan buka ke publik anggaran Rp 1,1 cair untuk apa dan siapa yang mengelolanya,” pungkas Raja Hantu. (Robet)
Comment