BUDAYAHEADLINENEWSREGIONALWABUP SUMENEP

Wabup Sumenep; Lenggak-Lenggok Sapi Sonok

×

Wabup Sumenep; Lenggak-Lenggok Sapi Sonok

Sebarkan artikel ini
Wabup Sumenep; Lenggak-Lenggok Sapi Sonok
Wabup Sumenep; Lenggak-Lenggok Sapi Sonok

News Satu, Sumenep, Selasa 23 Januari 2018- Sapi sonok merupakan sebuah sapi betina yang diadu kecantikannya dan gemulainya. Sapi sonok ini berbeda dengan kerapan sapi, kalau kerapan sapi merupakan sepasang sapi jantan yang dinilai dari kecepatan lari, sedangkan sapi sonok merupakan sepasang sapi betina yang dihias cantik dan dimanja. Penilaian tertuju kepada kecantikandan keanggunan sapi itu sendiri.

Bahkan, Sapi-sapi ini dirawat agar bulunya bagus, badannya sintal dan bisa berjalan serempak bersama pasangannya seperti pasukan yang sedang baris-berbaris. Sapi sonok ini tidak dipacu dan ditunggangi, melainkan diiringi musik dan tari-tarian saronen.

Seperti layaknya model yang hendak melenggang di catwalk, sapi – sapi itu didandani dengan selempang keemasan di leher serta dada. Di leher sapi dipasang pangonong yaitu kayu perangkai sapi yang diukir indah dengan perpaduan warna merah dan kuning emas.

“Saya selalu berpikir, Sapi Sonok santer tersiar ke penjuru dunia, sebab sapi sonok sangat unik dan jarang ditemui, tetapi karena Sapi Sonok adalah jubah identitas masyarakat yang menunjukkan keindahan dan kesantunan,” kata Achmad Fauzi Wakil Bupati (Wabup) Sumenep, Selasa (23/1/2018).

Wabup Sumenep mengatakan, penilaian dalam kontes Sapi Sonok ini, disamping keindahan berjalan, juga pakaian yang dikenakan pasangan sapi, juga menentukan keserasian pasangan sapi ketika sampai di garis finish. Kaki depan kedua pasangan Sapi Sonok harus bersamaan naik ke altar yang terbuat dari kayu.

Hal ini menentukan bagus tidaknya sapi dalam kontes. Setelah mencapai garis finish para pemilik sapi langsung menari dengan para sinden yang menari mendampingi pasangan sapi kebanggaan.

“Bagi Saya, Sapi Sonok bukan hanya sapi rias. Musiknya pun bukan sekedar bunyi tanpa arti. Sapi Sonok itu kesenian khas Madura yang bisa mempertemukan beragam agenda. Sambil bersorak melihat keserasian dan tarian sapi sepasang, silaturrahmi juga akan terjalin di lapangan. Ayo bersama menjaga tradisi Sapi Sonok,” ujar uji panggilan Akrab dari Achmad Fauzi Wabup Sumenep.

Dikatakan Sapi Sonok karena dalam kontes ini, sapi dilepas hingga menuju garis finish, diiringi berjalan di lintasan dan kemudian harus finish dengan masuk, biasanya orang Madura menyebutnya (Nyono’) di bawah sebuah Gapura.

Maka di garis finish ini, sapi-sapi dituntut bisa mengangkat kakinya secara bersamaan dan meletakkannya di sebuah kayu melintang. Kayu dibuat lebih tinggi dari lintasan yang paling anggun dan serempak berjalan serta paling cepat meletakkan kakinya di papan melintang di bawah gapura adalah sapi yang memang sudah sangat terlatih dan secara ekonomis sapi tersebut semakin tinggi nilainya.

“Merawat tradisi Sapi Sonok, adalah juga merawat pendirian dan prinsip,” pungkasnya.

Sapi Sonok berawal dari dari kebiasaan petani dalam merawat sapi ternak. Setiap sore sapi-sapi betina ini dimandikan setelah itu ditali pada tonggak kayu dan kemudian berjejer rapi. Sebelum bisa tampil di Kontes Sapi Sonok, sapi-sapi dilatih sejak usia 3 tahun dengan perlakuan khusus dan nutrisi makanan terbaik.

Setiap seminggu sekali sapi-sapi betina ini rutin diberi jamu yang telah dicampur dengan sekitar 15 butir telur. Setiap tahun selalu diadakan Kontes Sapi Sonok dengan mendatangkan sapi-sapi terbaik dari seluruh wilayah Pulau Madura. (Roni)

Comment