HEADLINEJAKARTANASIONALNEWSNEWS SATUPEMERINTAHAN

Anggota DPD RI Lia Istifhama : Hari Pahlawan Saatnya Generasi Muda Menjadi Pahlawan Zaman Now Di Era Digital

8179
×

Anggota DPD RI Lia Istifhama : Hari Pahlawan Saatnya Generasi Muda Menjadi Pahlawan Zaman Now Di Era Digital

Sebarkan artikel ini
Anggota DPD RI Lia Istifhama : Hari Pahlawan Saatnya Generasi Muda Menjadi Pahlawan Zaman Now Di Era Digital
Anggota DPD RI Lia Istifhama : Hari Pahlawan Saatnya Generasi Muda Menjadi Pahlawan Zaman Now Di Era Digital

News Satu,Jakarta, Minggu 10 November 2024- Dalam momen Hari Pahlawan 10 November 2024, Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) Dr. Lia Istifhama, M.E.I, yang akrab disapa Ning Lia, berbicara tentang makna pahlawan dalam konteks zaman yang terus berkembang.

Baginya, Hari Pahlawan harus menjadi refleksi untuk seluruh masyarakat, khususnya generasi muda, agar lebih memahami dan menghargai nilai-nilai perjuangan dalam kehidupan sehari-hari, terlebih di era digital yang penuh tantangan baru.

“Pahlawan adalah mereka yang berani berkorban, mempertahankan prinsip, dan memberikan manfaat besar bagi masyarakat. Di masa lalu, perjuangan para pahlawan kita melibatkan pertumpahan darah dan pengorbanan jiwa raga. Namun, di zaman sekarang, perjuangan itu dapat diwujudkan dalam bentuk yang berbeda, tetapi dengan tujuan yang sama – membangun bangsa ini menjadi lebih baik,” ujar Ning Lia, dalam keterangannya kepada media, Minggu (10/11/2024).

Ning Lia yang merupakan keponakan Khofifah Indar Parawansa ini, menegaskan bahwa generasi muda memiliki peran yang strategis sebagai “pahlawan modern.” Menurutnya, di era digital seperti sekarang, generasi muda dapat memanfaatkan teknologi dan informasi untuk berkontribusi nyata dalam pembangunan bangsa. Dengan kemajuan teknologi, akses informasi semakin terbuka, sehingga generasi muda memiliki kesempatan yang luas untuk belajar, berkembang, dan membuat perubahan yang berarti.

“Anak muda hari ini harus menjadi agen perubahan. Mereka bisa memanfaatkan platform digital untuk menyebarkan informasi positif, melawan hoaks, dan mengedukasi masyarakat. Di sini kita melihat bahwa menjadi pahlawan tidak selalu harus turun ke medan perang. Di era ini, pahlawan adalah mereka yang menggunakan pengetahuan dan teknologi untuk memperbaiki kondisi bangsa,” lanjut Ning Lia yang dikenal sebagai Srikandinya NU Jatim ini.

Namun, Angggota Komite III DPD RI ini, juga mengingatkan bahwa kemudahan akses informasi di era digital dapat menjadi pedang bermata dua. Selain membawa kemajuan, era digital juga membuka peluang penyebaran informasi yang tidak benar atau hoaks yang dapat memecah belah persatuan bangsa. Untuk itu, ia mengajak generasi muda untuk menjadi bijak dan cerdas dalam menyaring informasi.

“Dalam era post-truth ini, banyak sekali informasi yang bisa menyesatkan. Generasi muda perlu berhati-hati dan tidak mudah terpengaruh. Salah satu bentuk kepahlawanan adalah dengan memfilter informasi dan hanya membagikan konten yang benar dan bermanfaat bagi masyarakat. Ini juga bagian dari menjaga persatuan dan kesatuan bangsa,” ujarnya.

Selain menghadapi arus informasi yang deras, Ning Lia juga menyoroti tantangan lain yang dihadapi generasi muda, yaitu pengaruh budaya asing yang dapat menggeser nilai-nilai nasionalisme dan identitas bangsa. Menurutnya, globalisasi dan digitalisasi membawa dampak positif, namun juga bisa mengikis kecintaan terhadap budaya dan nilai lokal jika tidak disikapi dengan bijak.

“Menjadi pahlawan zaman now artinya berani mempertahankan identitas kita sebagai bangsa Indonesia. Generasi muda harus bangga dengan budaya, bahasa, dan tradisi kita sendiri. Mengadopsi hal-hal positif dari budaya asing tentu tidak masalah, tapi jangan sampai kita kehilangan jati diri sebagai bangsa yang berdaulat dan berbudaya,” jelasnya.

Bagi Ning Lia, upaya mempertahankan nilai-nilai nasionalisme di tengah derasnya arus globalisasi ini juga merupakan salah satu bentuk perjuangan. Ia mencontohkan bagaimana para santri dan pemuda di berbagai daerah yang masih mempertahankan budaya lokal serta menjadi pelopor dalam kegiatan-kegiatan yang mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga nilai budaya bangsa.

“Santri, misalnya, dengan latar belakang pendidikan yang kuat dalam agama dan budaya, memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga nilai-nilai moral dan budaya bangsa. Mereka adalah contoh nyata dari generasi muda yang tetap memegang teguh nilai luhur di tengah derasnya pengaruh asing,” tambahnya.

Ning Lia mengajak masyarakat untuk menjadikan Hari Pahlawan sebagai momen refleksi diri. Menurutnya, setiap individu memiliki potensi untuk menjadi pahlawan dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari hal-hal kecil seperti membantu sesama, menjaga kebersihan lingkungan, hingga berkontribusi dalam pembangunan masyarakat sekitar. Ia berharap bahwa momentum Hari Pahlawan ini dapat memotivasi masyarakat untuk terus melakukan hal-hal positif yang bermanfaat bagi orang banyak.

“Jangan berpikir bahwa menjadi pahlawan harus melakukan hal besar yang spektakuler. Sebenarnya, dari hal kecil yang kita lakukan sehari-hari, seperti membantu tetangga atau menjaga lingkungan, itu sudah termasuk sikap kepahlawanan. Ingatlah bahwa setiap tindakan baik akan berdampak, meskipun kecil. Jika semua orang melakukan itu, maka dampaknya akan sangat besar bagi bangsa ini,” pungkasnya.

Lebih lanjut, Ning Lia menekankan pentingnya menumbuhkan semangat kepahlawanan sejak dini. Baginya, pahlawan bukan hanya mereka yang tercatat dalam sejarah, tetapi juga mereka yang menginspirasi generasi penerus. Ning Lia berharap agar anak-anak muda Indonesia memiliki idola yang bisa menjadi panutan dalam hal moral dan nasionalisme.

“Sejarah telah mencatat banyak pahlawan yang mengorbankan jiwa dan raganya untuk kemerdekaan kita. Namun, perjuangan itu tidak berhenti di sana. Kita perlu menginspirasi generasi penerus untuk melanjutkan perjuangan dengan cara yang relevan di masa kini, baik dalam pendidikan, inovasi, maupun hal-hal lainnya yang berkontribusi untuk kemajuan bangsa,” pungkasnya.

Dalam pesannya, Ning Lia juga mendorong masyarakat untuk menjadi “pahlawan” di bidang masing-masing. Baginya, setiap orang memiliki potensi dan peran yang berbeda-beda dalam berkontribusi bagi bangsa. Oleh karena itu, ia mengajak semua pihak untuk mengembangkan diri di bidang yang diminati dan menjadikannya sebagai bentuk kontribusi terhadap pembangunan Indonesia.

“Tidak semua orang harus menjadi tentara atau aktivis untuk disebut pahlawan. Anda bisa menjadi pahlawan sebagai guru yang mendidik anak-anak bangsa, dokter yang merawat masyarakat, atau pengusaha yang menciptakan lapangan kerja. Intinya, apapun bidang kita, lakukan dengan sebaik-baiknya untuk memberikan manfaat kepada orang lain,” tutup Ning Lia.

Dalam peringatan Hari Pahlawan 2024 ini, Ning Lia berharap semangat perjuangan para pahlawan terdahulu dapat terus menginspirasi setiap individu untuk berbuat kebaikan dan berkontribusi bagi kemajuan bangsa. Hari Pahlawan, baginya, adalah pengingat bahwa setiap orang memiliki peran penting dalam melanjutkan perjuangan yang telah dimulai oleh para pendiri bangsa. (Kiki/*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.