BUDAYABUDAYA & WISATAHEADLINENEWSNEWS SATUPEMERINTAHANREGIONALSUMENEP

Kontroversi Tugu Keris, Empu Dan Pencetus Sumenep Kota Keris Angkat Bicara

×

Kontroversi Tugu Keris, Empu Dan Pencetus Sumenep Kota Keris Angkat Bicara

Sebarkan artikel ini
Kontroversi Tugu Keris, Empu Dan Pencetus Sumenep Kota Keris Angkat Bicara
Kontroversi Tugu Keris, Empu Dan Pencetus Sumenep Kota Keris Angkat Bicara

Jika masuk pada kontroversi pembangunan tugu keris di perbatasan Sumenep-Pamekasan, Fathorrahman mengatakan, dirinya pernah diundang untuk membicarakan soal itu. Namun, dalam pertemuan tersebut masih belum ada kesepakatan masalah pembangunan tugu keris tersebut.

“Ya memang sempat ada pertemuan, tapi antara empu dan peguyuban keris di Sumenep, masih belum ada kesepakatan,” tukasnya.

Perdebatan tersebut mulai dari penentuan luk 9 atau luk 13 yang akan dijadikan tugu keris. Kemudian pamornya memakai bulu ayam atau memakai pamur berema itu masih belum ada kesepakatan. Akan tetapi, tiba-tiba Bupati Fauzi kembali mengundang untuk membicarakan tentang penempahan.

“Ini sangat lucu sekali, belum ada kesepakatan, luk berapa yang mau dipakai dan pamor apa?, tiba-tiba Bupati Fauzi mengundang kembali langsung mau membicarakan penempaan,” ungkapnya.

Dirinya terus bertanya-tanya ini siapa pembisik Bupati Sumenep. Janga-jangan yang menjadi pembisik Bupati Fauzi orang yang tidak tahu tatacara dalam pembuatan keris, dan didepan Bupati merasa paling pintar dan berpengalaman dalam pembuatan keris.

“Tapi itu hanya dugaan ya. Sebagai empu atau pengrajin keris, saya merasa kasihan dengan Bupati Sumenep, karena dalam pengambilan keputusan tersebut tidak menghadirkan para empu maupun paguyuban keris yang kredibel dalam dunia pembuatan keris,” ucapnya sambil tersenyum.

Ia menambahkan, jika pembangunan tugu keris tersebut merupakan penghargaan kepada para empu atau pengrajin keris maupun paguyuban keris yang di Kabupaten Sumenep. Seharusnya, jangan terbur-buru mengambil keputusan untuk membangun tugu keris.

Melainkan sebagai seorang Pemimpin atau Raja di Sumenep, Bupati Fauzi harus melibatkan semua empu keris dan paguyuban. Namun faktanya, orang-orang yang dilibatkan pada saat ini, dinilai masih kurang pengetahuannya tentang keris, dan hanya pintar berbicara di publik.

“Ingat, tanpa empu keris, Sumenep tidak akan pernah mendapatkan pengakuan dari Unesco, dan juga tidak akan pernah Sumenep menjadi Kota Keris,” pungkasnya.

Perlu diketahui, United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO). Organisasi yang bergerak di bidang pendidikan, keilmuan, dan kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) itu mencatat, perajin keris terbanyak di dunia ada di Sumenep, yakni sekitar 862 pengarajin di 17 Desa yang tersebar di 3 Kecamatan. (Roni)

 

Comment