News Satu, Pamekasan, Kamis 12 Agustus 2021- Ketika kita mendengar tentang Lembaga Pemasyarakatan atau Lapas maka akan terbesit kata Klebun Penjara. Setidaknya, kita juga pernah mendengar selentingan tentang peran dan keberadaannya sejak tahun 1964.
Terutama tentang sosoknya ditengah narapidana atau warga binaan pemasyarakatan (WBP) sebagai orang yang dituakan dan disegani penghuni lainnya. Terlepas dari peran dan perangai positif, bahkan tingkah negatifnya yang pernah didengar sejak tahun 60an lalu itu.
Ternyata dibalik berbagai versi ceritanya ada hal yang tidak banyak diketahui orang banyak hingga saat ini. Pasalnya, sosok pemuka hunian itu selalu hadir sebagai seorang tokoh warga pemasyarakatan setempat yang punya fungsi positif.
Menurut Kepala Lapas Kelas IIA Pamekasan Jawa Timur melalui Kesatuan Pengamanan Lapas atau KPLP, Leksono Novan posisi seorang pemuka hunian sangatlah krusial di tengah seribu seratus lebih WBP nya. Terutama dalam menjaga komunikasi dan kondusifitas antar WBP dan WBP hingga antar WBP dan Petugas Lapas setempat.
Bagi warga hunian, petuah dan arahan sosok tokoh itu akan selalu didengar oleh semua WBP yang ada disekelilingnya. Apalagi ketika ada konflik internal antar WBP, perannya akan lebih efektif mendinginkan suasana dan meredam emosi yang terlibat.
“Secara khusus memang keberadaan pemuka hunian sangat membantu Petugas Lapas. Terutama dalam mediasi dan komunikasi antar warga binaan pemasyarakatan, sehingga di hunian tetap kondusif,” ungkapnya, Kamis (12/8/2021).
Ditambahkan, dalam setiap Lapas memang telah lumrah ada posisi pemuka tersebut. Bahkan secara administratif Pemasyarakatan keberadaan juga diberi mandat resmi dalam surat keputusan dari Kantor Wilayah Kumham Jatim.
“Tak hanya itu, di dalam hunian juga ada struktur mulai dari pekerja, kepala hunian hingga tertinggi pemuka hunian atau klebun itu. Nah, sosok inilah yang secara kultural terpilih melalui seleksi alam dalam hunian,” tuturnya.
Yang pasti menurut, Novan sosok pemuka tersebut memiliki kemampuan memimpin dan disegani oleh penghuni pemasyarakatan lainnya. Sehingga kekuatan kearifan lokal ala WBP itu menjadi budaya positif bagi pihaknya dalam menjaga kenyamanan hunian.
“Karena perannya yang cukup penting dan secara resmi diketahui Lapas, maka sebagai reward biasanya ada fasilitas remisi dan lainnya bagi pemuka yang benar-benar berperan positif,” imbuhnya.
Sehingga perbuatan baik sekecil apapun dalam hunian akan menjadi pertimbangan penting untuk yang bersangkutan. Juga sebaliknya jika ada keburukan yang dilakukan maka ada aturan tegas lainnya juga yang akan diterima WBP.
“Dengan begitu keberadaan pemuka di Lapas Kelas IIA Pamekasan ini sangat membantu petugas. Dan Alhamdulillah untuk saat ini pemuka di sini berasal dari Madura aktif dalam mediasi dan komunikasi antar WBP,” tukasnya.(Yudi)
Comment