News Satu, Sumenep, Jumat 21 April 2023- Warga Desa Gersik Putih, Kecamatan Gapura, Sumenep, Madura, Jawa Timur, bersama Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PC NU) menggelar istighosah dan doa bersama di Asta Kiai Sulaiman.
Istigasah atau doa bersama yang digagas NU sebagai respon atas rencana pembangunan tambak garam di kawasan pesisir pantai kampung Tapakerbau, Desa Gersik Putih. Penggarapan tambak garam oleh investor yang difasilitasi Pemerintah Desa.
Penolakan warga ini bukan tidak beralasan, melainkan mereka menginginkan agar lingkungan di Desanya tetap terjaga dan tidak tercemar. Selain itu, warga juga menilai adanya kejanggalan yang dilakukan oleh Kepala Desa, dimana memiliki Sertifikat Hak Milik (SHM) 21 hektare di pantai Gersik Putih.
Istigasah NU dan warga Desa Gersik Putih ini, dipimpin langsung KH Murtadli Fadail, Ketua Rais Syuriyah Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Gapura. Turut hadir ulama dan kiai sepuh, di antaranya KH Mukhtar, Kiai A Dardiri Zubairi, Kiai Tirmidzi, dan sejumlah kiai lainnya.
Selain itu, istigasah jaga lingkungan sebagai respon atas penolakan pembangunan tambak garam oleh investor di Desa Gersik Putih, dihadiri pengurus cabang (PC) dan pengurus anak cabang (PAC) Ikatan Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (IKAPMII) dan aktivis Pengurus Cabang PMII Sumenep.
Wakil Ketua PC NU Sumenep Kiai A Dardiri Zubairi mengimbau agar masyarakat Desa Gersik Putih menjaga lingkungan. Sebab masalah lingkungan, ekologi bukan hanya masalah nasional tapi sudah menjadi masalah internasional.
Di Madura khususnya Kabupaten Sumenep, masalah lingkungan, ekologi termasuk agraria ke depan akan semakin parah.
“Semua itu juga menjadi bagian kita untuk bersama-sama mengawal bagaimana lingkungan itu memberikan dampak yang baik bagi penghuninya termasuk generasi masa depan,” katanya, Jumat (21/4/2023).
Menyikapi masalah pembangunan tambak di pesisir pantai yang ditolak warga Gersik Putih, kiai yang istikamah mengawal masalah agraria itu menyampaikan tiga pesan.
Pertama, pihaknya meminta semua warga Desa Gersik Putih agar menahan diri sehingga Ramadan dan lebaran bisa dilalui dengan tenang dan damai begitupun kehidupan pasca lebaran dan pada masa-masa selanjutnya.
“Masih banyak jalan yang bisa kita lakukan, salah satunya adalah musyawarah,” tandansya.
Lanjut Kiai Dardiri, warga Desa Gersik Putih satu darah, antara satu dengan yang lain memiliki ikatan kekerabatan, yang sejatinya saling mendekatkan bukan saling menjauhkan.
“Suasana hari raya Idulfitri adalah waktu yang tepat untuk merajut silaturahim,” ujarnya.
Ia menambahkan, NU menghimbau agar warga meningkatkan tiga pola hubungan agar memperoleh kehidupan yang damai di dunia dan akhirat, yakni hubungan kepada Allah sebagai pencipta, hubungan sesama manusia, dan hubungan dengan lingkungan.
“Perhatikan, sekecil apapun, ketika lingkungan mengalami perubahan bisa memberikan dampak yang tidak main-main. Pesisir itu, kata Kiai Mamak adalah pertahanan. Ketika pesisir habis maka orang Madura di darat menunggu saatnya karena pertahanan sudah habis,” ungkap Kiai Dardiri.
Oleh sebab itu, Kiai yang konsen mengawal agraria itu meminta kepada warga agar menjaga air, tanah, laut, pesisir, serta tumbuh-tumbuhan.
“Itu bagian dari cara kita menjaga lingkungan,” pungkasnya. (Roni)
Comment